Salin Artikel

Awal Mula Munculnya Petisi Online Warga Tangsel yang Minta Sebuah Pet Shop Ditutup

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Seorang warga Tangerang Selatan (Tangsel) bernama July Liman mengajukan petisi online agar sebuah pet shop di Tangsel ditutup.

Petisi itu muncul sebagai bentuk kekecewaan July terhadap pet shop yang dia nilai telah lalai dalam menjalankan tugasnya.

Berikut kronologi lengkap hingga July mengajukan petisi:

Titip Maxi saat hendak mudik

Pada 29 April 2022 lalu, July sekeluarga hendak pulang ke kampung halamannya di Bandung. Begitu pula dengan asisten rumah tangganya.

Rumahnya pun kosong dan tidak ada yang bisa merawat anjing kesayangan July. Bulldog bernama Maxi itu pun kemudian dititipkan di sebuah pet shop.

Sebelum menitipkan Max, July sudah menelpon pihak pet shop terlebih dahulu untuk membuat sejumlah perjanjian.

Di antaranya mengenai kesepakatan harga. Normalnya, pet shop menawarkan harga Rp 100.000 per hari. Namun karena bobot Max yang besar mencapai 20 kg, July meminta agar Max ditempatkan di kandang yang besar.

Pihak pet shop menyanggupi permintaan July, namun mereka mematok harga Rp 150.000 per harinya.

Tak masalah dengan harga, July pun sepakat dengan perjanjian lisan tersebut.

Sejak awal, July sudah memberitahu pihak pet shop bahwa kaki depan Max lumpuh sejak Max kecil.

Ia pun kemudian membawa Max ke pet shop dengan menggunakan kandang kecil karena mobilnya tidak bisa memuat kandang dengan ukuran besar.

Sesampainya di pet shop, July langsung mengingatkan karyawan di sana untuk segera memindahkan Max karena akan membawa kandang kecilnya pulang.

Karyawan yang bertugas saat itu kemudian meminta agar July meninggalkan kandang kecil Max, karena kandang itu juga yang nantinya dipergunakan untuk menjemput Max kembali.

Mendengar alasan itu, July berpikir bahwa karyawan tersebut akan segera memindahkan Max. Ia pun membiarkan kandang kecil tersebut tetap berada di sana.

"Jadi cerita awalnya itu Lebaran kemarin kan saya enggak di rumah, sama ART (asisten rumah tangga) saya pulang kampung. Jadi Maxy kita titipin ke sana (pet shop) tanggal 29 April 2022," ujar July saat dihubungi, Sabtu (21/5/2022).

Syok saat menjemput Max dari penitipan

Mereka pulang ke rumah usai dari kampung halaman pada Selasa (10/5/2022) malam.

Karena hari sudah larut, July pun memutuskan untuk menjemput Max keesokan harinya pada Rabu (11/5/2022).

Namun sesampainya di sana, perasaan sukacita July sirna dalam sekejap. Dia melihat kondisi Max terluka parah.

"Pas saya buka pintu, saya kaget kok masih di kandang ini dan sudah kaku badannya. Kotorannya masih nempel di badannya, bukan sudah disiram, bukan kotoran sisa, tapi kotoran utuh di badan dia, di bawah kandang, sama di bawah lantai," jelas July.

"Saya langsung syok. Saya tanya ini bagaimana maksudnya. Saya masih belum marah, saya masih bingung, pas saya lihat, kulitnya sama bagian vitalnya sudah robek di bawah. Saya lihat sudah berdarah, kejepit, mungkin kelamaan di sana itunya (vitalnya). Sudah turun kejepit selama 11 hari," lanjutnya.

Karena melihat kondisi Maxi yang terluka parah, pemiliknya langsung membawa anjing kesayangannya itu ke sebuah klinik dokter hewan untuk berobat.

Maxi pun menjalani sejumlah operasi berupa amputasi bagian alat vital dan kaki bagian depannya karena sudah membusuk.

Setelah operasi, kondisi Max sempat membaik selama beberapa hari. Meski belum bisa mengangkat badannya, Max terlihat sudah lahap makan saat itu.

"Seninnya saya lagi di perjalanan mau ke klinik, dokter nelfon saya sudah di depan mau sampai, terus dokter bilang katanya napas Max sudah mulai berat," ungkap July.

"Padahal saya datangi kemarin masih ceria muka dan tingkahnya. Disuruh segera ke situ. Saya lihat Max sudah di ruang operasi itu sudah dipakai oksigen gitu, tapi kondisinya kayaknya sudah mati, lidahnya sudah putih, itu saya syok banget," imbuhnya.

Tepat pada Selasa (17/5/2022), Maxi mengembuskan napas yang terakhir. Dengan hati sangat sedih, July kemudian membawa pulang Maxi untuk dikuburkan hari itu juga.

Saat hendak keluar dari klinik, July melihat owner pet shop tersebut berada di sana. Namun July tak menggubrisnya lantaran sudah terlanjur kesal.

Keesokan harinya, owner tersebut meminta bertemu dengan suami July untuk menanyakan bagaimana solusi yang tepat dari permasalahan itu.

Karena kebetulan suami July sudah mulai masuk bekerja di kantor, suami July pun meminta agar owner pet shop itu menemuinya.

Suami July meminta owner datang di waktu luangnya di kantor sebelum suami July bertemu dengan kliennya.

Setelah memberitahu lokasi kantor yang berada di Jakarta Utara, suami July menunggu kedatangan sang owner. Namun 30 menit kemudian si owner menelpon suami July dan meminta agar suami July yang menghampiri si owner.

"Dia (owner) bilang enggak bisa, disuruh suami saya nemuin dia di Serpong, suami saya karena harus ketemu orang (klien), jadi enggak bisa," pungkas July.

Tak ada iktikad baik

July menilai owner pet shop tersebut tidak memiliki iktikad baik untuk menyelesaikan masalah.

Sebelum Maxi mati, owner pet shop sempat menawarkan kesepakatan. Dia mengaku bersedia untuk membiayai semua perawatan Max selama di klinik.

Kemudian, owner itu ingin memberi makanan Max sejumlah lima karung beserta tempat minum, makan, sisir, dan mainan.

"Dua poin itu yang mau dia berikan, itu sewaktu Max masih hidup. Saya belum jawab waktu itu, akhirnya saya yang biayain secara pribadi semua (berobat Max)," kata July.

"Belum ada kesepakatan apapun sampai sekarang dia belum ada permintaan maaf langsung ke kita. Sudah tidak ada iktikad baik, dia pikir enggak harus gimana-gimana lagi. Kok dia (owner) enggak datengin kita baik-baik. Ya sudah kita ambil jalur hukum," lanjutnya

Sudah hampir tujuh tahun lamanya July merawat Max dengan penuh kasih sayang.

Ia mengaku ikhlas menerima kenyataan jika memang Max murni mati karena sakit atau mati karena hal wajar.

Namun saat ini, ia masih belum bisa merelakan kepergian Max dengan cara demikian.

Ia menduga, pihak pet shop telah melakukan kelalaian hingga menyebabkan Max meninggal.

Atas kejadian itulah kemudian July memutuskan untuk membuat petisi yang isinya menuntut Pemkot Tangsel untut mencabut izin pet shop tersebut, atas dugaan penganiayaan hewan.

Ia juga menuntut agar pemilik pet shop dihukum atas dugaan kelalaiannya dalam merawat Max.

Petisi tersebut pun kemudian mengundang simpati dari warganet. Hingga Sabtu (21/5/2022) pada pukul 19.25 WIB, sudah ada sekitar 25.330 warganet yang menandatangani petisi online tersebut di laman Change.org/JusticeForMaxi.

Diketahui, petisi itu baru dimulai pada Jumat (20/5/2022).

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/05/22/07000061/awal-mula-munculnya-petisi-online-warga-tangsel-yang-minta-sebuah-pet

Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke