Salin Artikel

Fenomena "Citayam Fashion Week" dan Klaim Keberhasilan Anies Membangun Ruang Publik

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terhitung sudah dua kali mengunjungi wilayah Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat, sejak kawasan itu viral dan dipenuhi oleh muda-mudi asal pinggiran Jakarta. 

Anies pertama kali berkunjung ke Dukuh Atas pada Sabtu (16/7/2022) malam.

Malam minggu itu, suasana kawasan tersebut sedang ramai-ramainya dipenuhi oleh para remaja yang kini dikenal dengan istilah anak SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok).

Anies tampak melayani permintaan untuk berfoto bersama dari remaja yang sedang asyik nongkrong disana.

"Izin foto Pak (Anies)," ucap para remaja seperti terlihat dalam unggahan di instastory instagram @aniesbaswedan. 

"Pak, terima kasih, Pak," kata salah satu remaja.

Dalam kesempatan itu, Anies juga menerima laporan dari Satpol PP bahwa situasi disana masih kondusif. 

Selanjutnya, pada Selasa (19/7/2022), Anies kembali berkunjung ke Dukuh Atas.

Kali ini Anies tidak datang sendirian. Ia ditemani sejumlah tamu dari Duta Besar Uni Eropa yang tengah berkunjung untuk investasi dalam pembiayaan pembangunan transportasi Jakarta, khususnya Moda Raya Terpadu (MRT).

Bersama tamunya itu, Anies yang menumpang MRT turun di stasiun Dukuh Atas. 

Mereka lalu melenggangkan kaki di lokasi penyebrangan jalan layaknya para remaja SCBD yang tengah beradu outfit dalam fenomena yang dikenal dengan istilah "Citayam Fashion Week".

"Mencoba catwalk ala teman-teman SCBD di Dukuh Atas. Kesimpulannya: kami semua tidak ada yang sekeren mereka, belum pantas naik catwalk. Lain kali kami jadi penonton dan pengagum saja," tulis Anies di akun Instagramnya. 

Anies mengaku sengaja mengajak tamunya itu ke kawasan dukuh atas untuk menyaksikan perubahan kawasan tersebut.

"Yang dulunya jalan untuk kendaraan mobil sekarang menjadi jalan untuk pedestrian sepenuhnya," kata Anies.

Klaim Kesuksesan Membangun Ruang Publik

Sejak awal ramainya remaja tanggung yang berkumpul di Dukuh Atas, Anies memang sudah menyinggung dan membanggakan proses transformasi di kawsan tersebut. 

Ia senang kawasan itu kini ramai dikunjungi publik, meskipun dulunya proses transformasi itu sempat menuai kontroversi. 

"Ingat waktu itu sempat kontroversi karena melebarkan jalan untuk pejalan kaki, berdampak mengurangi jalan untuk kendaraan bermotor," ungkap Anies di Lebak Bulus, Minggu (10/7/2022).

Anies mengatakan, Jalan Jenderal Sudirman didesain untuk menjadi complete street yang memiliki trotoar, jalur sepeda, transportasi umum, hingga kendaraan pribadi.

Harapannya, lanjut Anies, setelah kawasan ditransformasi, ada perubahan gaya hidup masyarakat di kawasan tersebut.

"Sehingga tempat ini yang dulunya orang keluar-masuk Sudirman menggunakan kendaraan pribadi, bahkan pindah antar gedung pun kendaraannya pribadi, sekarang mereka bisa jalan kaki dan masyarakat luar kawasan Sudirman itu bisa jalan-jalan ke sana," kata Anies.

Anies pun menegaskan, bahwa Jalan Sudirman merupakan milik seluruh masyarakat Indonesia dan setiap orang berhak berada di kawasan tersebut.

"(Jangan menganggap) bahwa yang berhak di jalan sudirman itu hanya yang gayanya ABC, yang di luar gaya itu enggak boleh. Enggak, ini adalah milik Indonesia, siapa saja dengan kebiasaannya, dengan caranya," imbuh Anies.

Mengapa Hanya di Dukuh Atas?

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga menilai klaim keberhasilan Anies membangun ruang publik yang berujung terciptanya fenomena "Citayam Fashion Week" tak sepenuhnya benar. 

Ia mempertanyakan, mengapa fenomena ramainya masyarakat berkumpul hanya terjadi di dukuh atas.

Padahal, banyak ruang publik lain yang juga sudah dibangun oleh Pemprov DKI. 

"Kalau karena keberhasilan pembangunan ruang publik yang berorientasi pejalan kaki, mestinya fenomena itu juga terjadi di berbagai ruang publik yang sudah dibangun pemda DKI, kenyataannya tidak terjadi," kata Nirwono. 

Nirwono melihat ada beragam faktor yang saling bersinggungan yang menyebabkan muda-mudi asal pinggiran Jakarta ramai berkumpul di Dukuh Atas. 

Misalnya karena faktor liburan sekolah, lokasi Dukuh Atas yang strategis dan mudah dijangkau dengan transportasi umum, serta tiadanya ruang publik memadai di wilayah pinggiran Jakarta. 

Faktor lainnya adalah kekuatan media sosial yang membuat orang-orang penasaran hingga akhirnya tertarik untuk berkunjung kesana.

"Semua warganet berusaha untuk update status terhadap hal-hal yang viral dan pemerintah cenderung memanfaatkan ketenaran sesaat itu untuk keperluan pemerintah, bisa kampanye atau kegiatan lainnya," kata Nirwono. 

Nirwono pun menilai fenomena Citayam Fashion Week ini tak akan bertahan lama karena hanya menjadi ajang adu konten di media sosial. 

Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya apabila tren di dunia maya sudah bergeser. 

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/07/21/12154991/fenomena-citayam-fashion-week-dan-klaim-keberhasilan-anies-membangun

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke