JAKARTA, KOMPAS.com - Perbincangan mengenai fenomena "Citayam Fashion Week" masih berlanjut hingga sampai saat ini.
Ratusan orang yang mayoritas remaja itu tumpah ke kawasan Dukuh Atas, Tanah Abang, Jakarta Pusat untuk meramaikan kegiatan peragaan busana dadakan di zebra cross itu.
Namun, di balik berbagai dukungan yang ada, sejumlah masalah ikut muncul tatkala ratusan remaja dari berbagai Citayam, Bojonggede, Depok yang notabene penyangga DKI Jakarta itu memadati kawasan Dukuh Atas.
Macet, kerumunan, hingga parkir liar menjadi masalah yang ditimbulkan dari Citayam Fashion Week pekan ini.
Desakan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk segera memfasilitasi ruang bagi para remaja yang ingin berkreativitas pun ikut muncul, seiring berbagai masalah yang ditimbulkan.
Parkir liar yang menjamur
Masalah parkir liar motor yang menjamur di kawasan Dukuh Atas menjadi salah satunya. Pada Sabtu (23/7/2022) malam, puluhan bahkan ratusan kendaraan sepeda motor berjejer hingga memakan jalur sepeda.
Parkir liar tersebut membuat pejalan kaki cukup kesulitan untuk melintas. Di sela-sela jarak antar-motor, dengan trik sedemikian rupa, orang-orang beradu lansing menyelinap di antara motor-motor hanya untuk mencapai lokasi tujuan.
Selain itu, banyaknya warga yang berhenti di bahu jalan untuk mencari tempat parkir liar juga membuat arus lalu lintas di sekitarnya semakin padat.
Salah satu pengunjung kawasan Dukuh Atas yakni Anis bahkan mengaku tidak punya pilihan selain memarkirkan kendaraan roda dua miliknya di trotoar.
Ia bahkan mengaku tidak khawatir memarkir kendaraannya di trotoar, lantaran ada juru parkir yang berjaga di sana.
"Ada kok yang jaga. Aku bayar Rp 5.000 tadi di awal," kata Anis, saat ditemui di lokasi, Sabtu (23/7/2022).
Kerumunan yang membuat kemacetan
Masalah lain yang ditimbulkan adalah mengenai kerumunan di kawasan Dukuh Atas. Keramaian pengunjung itu terpusat di sekitar zebra cross depan Hotel All Seasons Thamrin.
Di sana, sejumlah remaja beraksi bak model, melintas dari satu sisi jalan ke jalan lainnya melakukan aksi catwalk.
Hal tersebut justru membuat akses kendaraan yang melintas jadi terhenti. Akibat situasi tersebut, petugas dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta bahkan sempat membubarkan massa untuk kembali ke bahu jalan.
Dibubarkan Petugas dan Imbauan dari Kak Seto
Pada Sabtu pukul 22.00 WIB, kerumunan yang didominasi oleh para remaja di Kawasan Dukuh Atas bahkan dibubarkan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) dan Dishub.
Dengan pengeras suara, mereka diminta oleh petugas agar segera pulang dan membubarkan diri sebelum malam semakin larut.
"Kepada adik-adik, yang pulang ke Citayam, yang ke Bojonggede, ayo pulang agar tidak ketinggalan kereta. Hati-hati di jalan, dijaga barang-barangnya," kata seorang petugas.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi yang turut hadir pada malam itu pun turut mengimbau kepada penonton yang hadir.
Dengan pengeras suara dan bertepatan pada Hari Anak Nasional yang jatuh di hari yang sama, Kak Seto, sapaan akrabnya, mengimbau kepada para remaja untuk selalu waspada dari segala macam bujuk rayu tindak kriminal.
"Jangan sampai kreativitas ini kemudian disalahgunakan atau terpengaruh untuk hal-hal yang negatif. Hindarkan kemungkinan adanya bujuk rayu narkoba, minuman keras, rokok, dan sebagainya yang bisa menganggu kesehatan adik-adik semua," kata Kak Seto.
Tidak hanya itu, Kak Seto meminta agar Pemerinta Provinsi DKI Jakarta segera memfasilitasi kreativitas remaja tersebut di tempat yang aman.
"Kami juga memohon kepada Pemda DKI juga pemerintah pusat untuk menyediakan wadah yang tepat untuk menyalurkan kreativitas adik-adik semuanya," ujar dia.
Beri fasilitas untuk ruang kreativitas
Senada dengan Seto, Pakar Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta memfasilitasi ajang "Citayam Fashion Week".
Saran tersebut diberikan agar keberlangsungan Citayam Fashion Week dapat berjalan dengan tertib dan tidak mengganggu masyarakat yang lain.
Nirwono menuturkan, di sejumlah kota besar, pemakaian zebra cross untuk sejumlah kegiatan memang hal yang jamak dilakukan.
Namun, yang paling penting, jangan sampai kreativitas remaja tersebut mengganggu kenyamanan serta keselamatan pengguna jalan.
"Zebra cross memang digunakan untuk menyeberang, tetapi pada saat bersamaan ketika lampu lalu lintas merah/berhenti, zebra cross sebagai ruang publik dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dalam waktu sangat singkat, termasuk fashion show, pantomim, berteater, bermusik dan bernyanyi," ujar Nirwono, dikutip dari Kompas.com, Minggu (24/7/2022).
Dibanding melarang, ia menyarankan Pemprov DKI memfasilitasi kegiatan Citayam Fashion Week.
Pemasangan lampu lalu lintas di zebra cross Dukuh Atas bisa menjadi salah satu solusi. Ketika remaja itu melenggak-lenggok di atas fasilitas penyebrangan jalan, hal tersebut tak lagi mengganggu kendaraan bermotor yang melintas.
Salah satu solusi lain adalah Pemprov DKI bisa menerjunkan petugas aparat keamanan untuk menjaga ketertiban disana.
"Pemda DKI dan petugas polantas dapat memfasilitasi dan menjaga keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas," kata Nirwono.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/07/24/10582161/gaduh-tren-citayam-fashion-week-dukuh-atas-parkir-liar-menjamur-hingga