JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi inspektur upacara peringatan Hari Rapat Raksasa Ikada ke-77 yang digelar pada Senin (19/9/2022).
Upacara peringatan yang dilaksanakan di Plaza Selatan Monas, Jakarta Pusat, itu dimulai sekitar pukul 07.30 WIB.
Sementara itu, Anies selaku inspektur upacara memasuki mimbar sekitar pukul 07.34 WIB.
Usai proses penghormatan kepada inspektur upacara, para pengibar bendera mulai memasuki area upacara sekitar pukul 07.36 WIB.
Mereka lalu mengibarkan bendera sekitar 07.43 WIB dengan diiringi lagu kebangsaan "Indonesia Raya".
Saat memberikan amanat upacara, Anies menyinggung bahwa usia para peserta upacara berusia kurang dari 77 tahun atau lebih muda daripada usia Hari Rapat Raksasa Ikada ke-77.
Menurut Anies, mereka yang berusia kurang dari 77 tahun, kini merasakan kemerdekaan berdasar kerja keras para pejuang pada 77 tahun lalu.
"Usianya di bawah 77 tahun, kita adalah orang-orang yang sudah mendapatkan hasil kemerdekaan," tuturnya
"Terdidik sudah, tersejahterakan sudah, terjamin kemerdekaanya sudah," sambung dia.
Untuk diketahui, pada 19 September 1945, Presiden Pertama RI Soekarno menyampaikan bahwa Tanah Air telah merdeka di hadapan 300.000 rakyat di Plaza Selatan Monas atau dulu dikenal sebagai Lapangan Ikada.
Anies menegaskan bahwa rakyat bisa mendapatkan pendidikan hingga kemerdekaan berdasarkan perjuangan Soekarno dan lainnya.
"Jangan kita lupakan bahwa kita bisa seperti ini karena perjuangan yang dilakukan oleh mereka," tuturnya.
Untuk diketahui, Plaza Selatan Monas dulunya bernama Lapangan Ikada.
Moeffreni Moe'min, Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) selaku pendamping Soekarno dalam buku Perjuangan Mempertahankan Jakarta Masa Awal Proklamasi: Kesaksian Para Pelaku Sejarah, berkisah masyarakat berbondong-bondong datang ke Lapangan Ikada sekitar pukul 10.00 WIB pada 19 September 1945.
Mereka datang secara terorganisir. Moeffreni adalah orang yang mendampingi dan mengamankan Soekarno menuju podium untuk berpidato.
"Karena dengan demikian kebetulan kami sebagai pimpinan dari BKR, kami merasa terpanggil untuk berada di lapangan pada waktu itu," kata Moeffreni dalam wawancara tahun 1984 yang diterbitkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Tentara Jepang awalnya melarang pemuda menggelar Rapat Raksasa di Lapangan Ikada. Pada 17 September malam hingga tanggal 18 September, mobil-mobil, tank panser wagon, mobil panser dari tentara Jepang mengumumkan pelarangan acara Rapat Raksasa di Lapangan Ikada.
Rakyat dari berbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya, Penjaringan, Tanjung Priok, Mangga Besar, Senen, Tanah Abang, Jatinegara, Bekasi, Bogor, Tangerang, dan Banten datang berduyun-duyun.
Rakyat membawa poster-poster dan bendera Merah Putih. Sebagian besar datang dengan kereta api dan berhenti di Stasiun KA Gambir karena waktu itu satu-satunya alat transportasi yang murah meriah dan langsung menuju Lapangan Ikada adalah kereta api.
"Dari pihak Jepang itu, mereka mengadakan usaha-usaha sebetulnya menahan jangan sampai rakyat itu bisa masuk ke dalam lapangan itu (Lapangan Ikada). Tetapi, tekanan-tekanan dari rakyat ini, rakyat mulai mendekat," kata Moeffreni.
Rakyat mendekati tank-tank milik Jepang. Waktu itu suasana betul-betul tegang dan mencekam. Namun, rakyat sedikit pun tak gentar meski dijaga oleh tentara-tentara Jepang.
Bendera Merah Putih dan spanduk-spanduk bertuliskan kalimat perjuangan pun menghiasi lautan manusia.
Pada 19 September 1945 sore, Soekarno dengan tenang dan mantap mengucapkan pidato sekitar tiga menit.
Saat itu, ia berpidato di hadapan ratusan ribu warga.
Rapat raksasa Ikada bagaikan sumber tenaga listrik yang mengalirkan semangat juang ke seluruh pelosok Tanah Air Indonesia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/09/19/08262001/pimpin-upacara-hari-ikada-ke-77-anies-kita-adalah-orang-yang-sudah-dapat