Salin Artikel

Ketika Sumur Resapan Tak Mampu Bendung Besarnya Luapan Kali Angke...

JAKARTA, KOMPAS.com - Tinggal di dekat Kali Angke, warga Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat, harus pandai bersabar dan serba lincah.

Pasalnya, Kali Angke bisa meluap secara tiba-tiba, meski matahari sedang menyorot dengan teriknya.

Ketua Kampung Siaga Bencana Kembangan Utara, Durachim mengatakan, setidaknya terdapat empat wilayah RW di Kelurahan Kembangan Utara yang menjadi langganan luapan sungai tersebut.

"Kembangan Utara itu ada beberapa titik banjir luapan Kali Angke, yaitu RW 001, RW 011, RW 009, dan sebagian RW 003," ujar Durachim Nur saat ditemui di kediamannya, Selasa (8/11/2022).

Dur mengatakan, Kali Angke kerap meluap sejak lama, sekitar tahun 1995. Sejak saat itu, ketinggian banjir beragam.

"Tahun ini pernah semeter lebih. Di permukiman bawah, bisa sepinggang atas. Kalau Sabtu (5/11/2022) malam kemarin, tingginya semeter kurang, pagi surut," kata Dur.

"Paling parah itu hampir dua meter. Tahunnya saya lupa, sebelum Covid-19, sekitar 2019 kali," imbuh dia.

Ia mengatakan, luapan sungai bisa merendam rumah warga setidaknya sebulan sekali.

"Tiap bulan pasti kena banjir, bisa sebulan dua kali kadang. Warga kadang mengungsi ke mushala atau RPTRA Kembangan," sebut Dur.

Sumur resapan tak efektif

Rutin dilanda banjir, pemerintah dan warga tentunya tidak tinggal diam. Sejumlah upaya penanganan banjir pun telah dilakukan seperti pembuatan tanggul setinggi 4 meter dan pembuatan sumur resapan.

Dur mengatakan pembuatan sejenis tanggul belum terealisasi di seluruh sisi sungai.

"Itu dibangun zaman Fauzi Bowo, ratusan meter panjangnya. Tapi yang di sebelah sana belum. Dua tahun lalu, sudah kami ajukan supaya dibangun beserta fasilitas pompa. Katanya Desember nanti jadi, masih kami kawal," tutur Dur.

Ia pun menaruh harapan besar dari pembuatan tanggul dan pompa yang dianggap dan menyelamatkan warga dari kebanjiran.

Sementara itu, produk sumur resapan, dinilainya tidak efektif jika dibangun di pinggir Kali Angke.

"Di sini sumur resapan ada sekitar 10 sumur, tapi agak percuma soalnya dekat kali," kata dia.

Menurut Dur, sumur resapan hanya berpengaruh jika air datang dengan debit sangat sedikit. Sementara itu, Kali Angke selalu meluapkan air dalam volume besar.

"Enggak berpengaruh karena baru nampung beberapa meter air, sudah penuh. Kalau airnya luapannya sedikit banget, baru berpengaruh. Tapi di sini banyak," kata Dur.

Kendati demikian, Dur berujar, sejak dibangun sumur resapan di pinggir kali beberapa tahun lalu, terjadi perubahan pada pepohonan di sekitarnya.

"Menariknya, sejak dibikin sumur resapan, pohon-pohon di sini pada berbuah, padahal sebelumnya enggak pernah berbuah. Contoh ini jambu air, yang di sana mangga," kata Dur sembari menunjukkan buah di pohon.

"Mungkin pohonnya subur karena ada banyak persediaan air di bawah atau gimana," lanjut dia.

Di sisi lain, sumur resapan yang dipasang di depan SD 01 Kembangan Utara, dinilainya berfungsi maksimal.

"Sumur resapan yang di SD 01 Kembangan Utara, bagus itu. Berfungsi banget. Jadi setiap 5 meter bikin sumur. Tinggi jalannya dinaikin, pinggir jalannya sumur resapan. Kedalaman sumur sekitar 6 meter. Enggak banjir lagi," ungkap Dur.

Selain sumur resapan di pinggir Kali Angke, sebuah sumur resapan di area Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kembangan Gajah Tunggal di lingkungan RW yang sama juga diniali tak efektif.

Sumur resapan itu hanya ada satu, didesain menarik dengan bingkai bunga berwarna-warni, berwarna senada dengan taman bermain anak di sekitarnya.

"Menurut saya enggak ngaruh-ngaruh banget, sama saja. Kalau banjir gede percuma, tapi kalau banjirnya cetek, langsung surut masuk ke situ. Kalau gede enggak ngaruh," kata Pengelola RPTRA Kembangan, Opiani (36), Selasa.

Opi menyebut bahwa ruang terbuka tersebut kerap dilanda banjir meski tidak sesering permukiman di sekitarnya.

"Kondisi banjir di RPTRA itu kerap kena banjir, tapi enggak sesering rumah-rumah warga. Karena lokasinya ada di atas," kata Opi.

"Biasanya itu tinggi sepinggang deh. Udah biasa banget. Tapi kalau akhir-akhir ya setinggi betis," kata Tasrinah di kediamannya, Senin (7/11/2022).

Meski rumahnya berjarak 160 meter dari bibir Kali Angke, ia mengatakan air datang dari sebuah drainase besar yang berujung pada sungai tersebut.

"Biasanya saya sering kena banjir. Jadi aliran itu dari Kali Angke, kalau Angke sudah besar, di sini pasti banjir. Yang pertama kena banjir pasti sederetan rumah-rumah ini," kata Tasrinah.

Tasrinah mengenang, barang jualannya pernah lenyap lantaran banjir yang datang tiba-tiba.

Saat itu, ia baru saja membeli barang jualan yang totalnya senilai Rp 4 juta. Namun, banjir tiba-tiba datang merusak seluruh dagangannya.

"Akhirnya terigu di ember terbalik semua, telur, sabun, gula. Saya taruh etalase. Terbalik semua, enggak selamat," lanjut dia.

Akibat kejadian itu, Tasrinah pun merugi Rp 4 juta. Meskipun beberapa barang masih berhasil diselamatkan, ia tidak bisa menjual barang tersebut karena sudah rusak. Ia hanya bisa menyumbangkannya ke para tetangga.

Tak mengungsi

Meski banjir merendam dengan tinggi, Tasrinah tidak pernah mengungsi. Alasannya, tidak ada tempat mengungsi di sekitar sana.

Ia dan keponakannya hanya bertahan di depan rumah, di atas sebuah meja untuk berjualan sayur seluas 1 meter x 2 meter.

"Kalau banjir mah udah aja saya tidur di meja sini. Makan di sini, tidur di sini," kata Tasrinah.

Sedangkan warga lainnya, Erna (30) hanya bisa menumpuk meja-meja di rumah untuk dijadikan kasur.

"Nyelamatin dirinya ya diam saja. Mau ke mana. Kita tumpuk-tumpukin meja saja buat tidur. Kadang minta kayu-kayu juga," kata Erna.

Nia (28) mengaku tidak bisa mengevakuasi diri lantaran tidak ada tempat.

"Kami ini enggak pernah mengungsi. Bingung mau mengungsi ke mana. Pada jauh-jauh. Lagian juga di sini enggak ada yang mau bantu tempat, cuma nasi kotak aja. Dulu pernah numpang di tetangga, tapi enggak enak responnya," kata Nia.

"Kami enggak ngungsi bukannya enggak mau, tapi enggak ada tempatnya. Kalau ngungsi mah kita mau, enggak apa-apa," lanjut Nia.

Lebih jauh, Nia bercerita, setiap ia terjebak banjir di rumah kebutuhan makanannya disuplai oleh donatur dan pemerintah berupa nasi kotak atau nasi bungkus.

Namun, ia heran, jumlah nasi tersebut tidak sesuai dengan jumlah orang di rumahnya.

"Kita kalau kebanjiran bertahan aja di rumah. Dapat bantuan nasi kotak aja atau nasi bungkus. Tapi enggak pernah pas jumlahnya. Kayak misalkan satu rumah ini ada 5 orang, nasinya mah kurang satu, jadi cuma 4 bungkus," ungkap Nia.

Warga pun berharap pemerintah segera mencari solusi atas luapan Kali Angke yang sudah sering merendam permukiman tersebut.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/09/06184251/ketika-sumur-resapan-tak-mampu-bendung-besarnya-luapan-kali-angke

Terkini Lainnya

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Gak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Gak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Megapolitan
Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Megapolitan
Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke