JAKARTA, KOMPAS.com - Dian Febbyana (42) salah satu dari 3 anggota keluarga yang meninggal dunia dalam keadaan berbau busuk di kediaman Kalideres, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu, disebut memiliki perubahan perilaku.
Dian dan keluarganya pindah ke Citra Garden Kalideres pada 1997 dari lingkungan keluarga besar di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.
Di Kalideres, para tetangga mengenal Dian dan keluarganya sangat tertutup. Hanya ada segelintir tetangga yang pernah mengobrol selama 25 tahun terakhir ini.
Menjelang kematian empat orang tersebut, warga hingga pengurus RT kebingungan mengingat kali terakhir melihat sosok keluarga tersebut.
Di sisi lain, menurut tetangga di Gunung Sahari, teman kecil mengenal Dian sebagai sosok yang sebaliknya.
Teman masa kecil Dian, F (40) mengatakan bahwa Dian merupakan orang yang terbuka saat tinggal di Gunung Sahari.
"Waktu SMP, Dian itu baik banget. Kalau beli makanan atau beli barang, selalu beliin aku juga. Jadi kalau pergi-pergi sama keluarga, tapi kalau belanja perginya sama aku," kata F kepada wartawan.
Meski akrab dengannya, ia menyadari Dian hanya bisa akrab pada satu doang orang saja.
"Orangnya humble, tapu dia kalau berteman suka sama satu orang, ya sudah mainnya sama itu aja. Padahal ada kakak aku dua, tapi enggak terlalu akrab. Maunya sama aku aja," lanjut dia.
Selain itu, ia juga mengenang Dian sebagai perempuan yang cantik dan murah senyum.
"Dia itu enggak pernah marah, senyum aja, ketawa-ketawa aja. Kami enggak pernah bertengkar. Dia baik banget. Cantik lagi orangnya. Tinggian dia daripada aku," ungkap F.
Selain mengenang Dian yang baik, ia juga mengingat keluarga Dian yang sangat ramah.
"Mereka ngobrol, harmonis kayak orang biasa. Dian suka ditanya udah makan atau belum, terus diambilin makan," kata F.
Koleksi novel
F mengenang Dian memiliki sebuah hobi. Saat itu, Dian kerap mengoleksi novel bergenre horor dan percintaan.
"Dia suka novel, kayak horor sama percintaan. Dian itu kalau beli banyak. Bukan kutu buku tapi Dian itu pintar memang," kenang F.
"Novel horor kayak ular-ularan, yang tentang kematian, yang serem gitu, memang dulu wajar. Selain horor, juga novel percintaan, wajar anak sekolah," ungkap F.
Meski sangat menyukai membaca novel, Dian pun masih senang berbagi benda-benda kesayangannya kepada F.
"Nanti buku-bukunya suka dikasihin ke aku, pernah sampai satu kardus," kenang F.
F mengatakan persahabatan sejak kecil itu akhirnya terpisahkan saat masa SMA, lantaran Dian dan keluarganya pindah ke Kalideres dan tak pernah mampir lagi.
"Setelah pindah sudah enggak ada kontakan. Enggak pernah main lagi sama sekali," kata F.
Atas kejadian nahas yang dialami Dian dan keluarganya, F mengaku sedih. Apalagi beredar rumor bahwa kematian mereka lantaran kelaparan.
"Sedih sih kehilangan dia banget. Teman baik masa kecil. Kalau iya mati kelaparan, kenapa dia enggak cari aku gitu," tutup F.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/11/18/09085921/berubahnya-perilaku-dian-anggota-keluarga-yang-tewas-di-dalam-rumah