JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap perayaan Natal di Indonesia, Gereja Katedral Jakarta tak pernah luput dari perhatian dan pembicaraan publik.
Pada tahun ini, ibadah Natal 2022 di Gereja Katedral Jakarta, Sawah Besar, Jakarta Pusat, berlangsung khidmat. Ribuan jemaat mendatangi gereja sejak Minggu (25/12/2022) pagi untuk melaksanakan Misa Natal.
Bukan lokasi awal
Tidak banyak yang tahu bahwa lokasi awal gereja dengan nama resmi Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga bukan di tanah tempat saat ini Gereja Katedral Jakarta berdiri.
Jika melihat Gereja Katedral Jakarta saat ini, sebenarnya bukan lokasi awal gereja. Lokasi awal Gereja Katedral berada di pojok barat daya Buffelvelt (sekarang menjadi gedung departemen agama).
Pada 1808 Gereja Katedral dilayani oleh Pastor Nelissen dengan bentuk bangunan yang sangat sederhana, yakni rumah bambu berukuran kecil.
Gereja Katedral digunakan sebagai tempat ibadah sekaligus rumah tinggal pastoral. Semua bangunan tersebut dipinjamkan dari pemerintah Hindia-Belanda.
Pada 1810 Pemerintah Hindia-Belanda melalui Gubernur Jendral Herman Williem Daendles dari Inggris, memberikan tempat baru untuk Gereja Katedral, tepatnya di kawasan Senen.
Ini juga yang membuat sejarah Gereja Katedral menarik. Gereja Katolik mulai diperhatikan saat peralihan kekuasaan Batavia dari kolonialisasi Belanda ke kolonialisasi Inggris.
Lantaran seperti diketahui Belanda pada masa itu menganut agama Kristen Protestan dan Inggris menganut Katolik. Jika dilihat gereja tua di Jakarta dengan usia ratusan tahun kebanyakan adalah gereja Kristen Protestan.
Lika-liku pembangunan gereja
Setelah dilakukan renovasi di berbagai bagiannya, bangunan di kawasan Senen kemudian dijadikan gereja Katolik dan mampu menampung hingga 200 jemaat.
Pastor Nelissen sendiri yang kemudian memberkati bangunan gereja tersebut, dengan Santo Ludovikus sebagai pelindungnya. Gereja katolik pertama di Batavia itu berdiri tidak berlangsung lama.
Pada 1826 terjadi kebakaran besar yang menghanguskan banyak bangunan di kawasan Senen, termasuk bagian pastoral.
Bangunan gereja tidak ikut terbakar meski mengalami kerusakan di beberapa bagiannya. Pasca kebakaran, bangunan gereja yang rusak tidak direnovasi, mengingat tanah tersebut bukanlah tanah milik gereja.
Menemukan tempat baru
Setelah tragedi yang memilukan tersebut, umat Katolik akhirnya memperoleh tempat yang baru untuk dijadikan gereja.
Tempat adalah rumah dinas para gurbernur jenderal yang telah kosong, yang kini menjadi tempat Gereja Katedral menetap.
Lebih dari setengah abad berdiri dan mengalami pembaharuan bangunan, pada tahun 1890 Gereja Katedral harus menghadapi cobaan lagi. Tidak ada angin tidak ada hujan, Katedral ambruk dengan sendirinya.
"Kejadian tersebut terjadi tiga hari setelah gereja merayakan Paskah," jelas jelas Ira, pemandu wisata dalam rangkaian tur Wisata Bhineka Spesial Natal, dikutip dari Kompas.com.
Kondisi gereja setelah runtuh sangat parah dan tidak memungkinkan untuk penyelenggaraan misa. Untuk sementara waktu misa diselenggarakan di dalam garasi kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat.
Satu tahun setelah itu, bangunan gereja direnovasi dalam dua tahap, dan selesai pengerjaannya dalam kurun waktu 10 tahun setelah sempat terhambat pembangunannya.
Jadi bangunan cagar budaya
Bangunan Gereja Katedral sekarang diresmikan pada tanggal 21 April 1901 oleh Vikaris Apostolik Batavia saat itu, Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ.
Gereja ini diberi nama De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming. Nama tersebut merupakan bahasa Belanda yang dalam bahasa Indonesia bermakna Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.
Gaya arsitektur Gereja Katedral adalah Neo-gotik dan denah Gereja Katedral berbentuk salib.
Pada pintu masuk utama terdapat patung Santa Maria dan inskripsi Latin berbunyi "Beatam Me Dicentes Omnes Generationes", artinya adalah Segala Keturunan Menyebut Aku Bahagia.
Gereja Katedral memiliki tiga menara, terdiri dari Menara Angelus Dei, terletak di atap bagian tengah mempunyai ketinggian 45 meter dari dasar bangunan Gereja Katedral.
Kemudian Menara Benteng Daud, terletak di sisi kiri pintu masuk utama mempunyai ketinggian 60 meter, terakhir Menara Gading, terletak di sisi kanan pintu masuk utama mempunyai ketinggian 60 meter.
Diantara menara Benteng Daud dan menara Gading terdapat jendela kaca bundar yang dikenal dengan sebutan Rozeta.
Saat ini, bangunan gereja yang berlokasi di Jalan Katedral, Pasar Baru Sawah Besar, Jakarta Pusat, ini sejak 1993 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
(Penulis: Yana Gabriella Wijaya, Zintah Prihatini | Editor: Ihsanuddin, Silvita Agmasari)
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/27/04300011/menyingkap-lika-liku-sejarah-gereja-katedral-jakarta-gereja-katolik