Salin Artikel

Curhat Ambri "Driver" Ojol yang Bangkit dari Keterpurukan Setelah Terpaksa Pensiun Dini Saat Pandemi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi driver atau pengemudi ojek online (ojol) tak pernah terlintas di pikiran Ambri (41), yang terpaksa harus pensiun dini saat pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 memaksanya untuk berhenti menjadi kurir tiket perusahaan travel di bilangan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Pengabdiannya selama 15 tahun menjadi kurir tiket travel harus berakhir, di tengah perputaran roda ekonomi yang morat-marit kala itu.

Lantaran tak ada pilihan pekerjaan lain yang bisa dilakukannya untuk menyambung hidup, Ambri banting setir menjadi pengemudi Grab.

"Alasannya jadi ojol gara-gara sudah enggak kerja aja. Sebelumnya saya kerja di perusahaan travel," ujar Ambri saat ditemui di Shelter Grab Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (16/1/2023).

"Ini gara-gara Covid. Saya ditawarin pensiun dini karena Covid," sambung dia.

Ambri mengaku sudah menjadi pengemudi ojol sejak tiga tahun yang lalu. Dia mengatakan, belum pernah melamar pekerjaan lain usai mengajukan pensiun dini.

"Saya langsung jadi driver ojol setelah pensiun dini. Kecewa sih ada ya, tapi akhirnya bisa bangkit lagi," ucap Ambri.

Pria yang memakai jaket hijau bertuliskan "Grab" itu sesekali melihat ke arah jalan di kawasan Stasiun Tanah Abang.

Masker yang digunakannya tampak sedikit kotor. Sembari duduk di Shelter Grab yang berada di ujung stasiun, Ambri mengatakan motivasinya untuk terus semangat mencari nafkah ialah anak dan istrinya.

Warga Jati Pulo, Jakarta Barat itu hidup bersama anaknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

"Saya enggak ada kerjaan sampingan lain, karena istri ikut kerja juga. Karena enggak ada kerjaan jadi tetep termotivasi buat jadi ojol," ungkap Ambri sambil tertawa ringan.

Sebagai pengemudi ojol, Ambri berharap agar dia bisa mendapatkan lebih banyak penumpang agar bisa menghidupi keluarganya.

Penghasilan menurun karena menjamurnya aplikasi ojol

Ambri menyampaikan, bahwa menjamurnya platform aplikasi ojol memengaruhi penghasilan. Menjamurnya pengemudi ojol di Ibu Kota pun secara langsung mengurangi pendapatannya.

"Karena banyak saingan pendapatan menurun, ada kali sekitar 10 persen dari yang sebelumnya," tutur dia.

Perbedaan tarif setiap aplikasi, lanjut Ambri, turut memengaruhi pendapatannya. Ambri sendiri bisa mengantongi Rp 150.000 dalam sehari.

"Tarif Grab agak beda dikit dengan Gojek. Berpengaruh sama adanya saingan, misalnya Maxim lebih ramai (digunakan pengguna) karena mungkin dia murah," jelasnya.

Dicabutnya PPKM oleh pemerintah pun, diakuinya tak banyak memengaruhi pemasukan. Jumlah penumpang, cenderung sama seperti hari biasanya.

"PPKM dicabut jumlah customer biasa aja, soalnya kan udah banyak saingan misalnya Maxim sama Indriver," pungkas Ambri.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/16/08283291/curhat-ambri-driver-ojol-yang-bangkit-dari-keterpurukan-setelah-terpaksa

Terkini Lainnya

Satu Motor Warga Ringsek Diseruduk Sapi Kurban yang Mengamuk di Pasar Rebo

Satu Motor Warga Ringsek Diseruduk Sapi Kurban yang Mengamuk di Pasar Rebo

Megapolitan
Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Megapolitan
Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Megapolitan
Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Megapolitan
Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke