Salin Artikel

Pemilik Pejaten Shelter Tegaskan Hanya Berkonflik dengan Satu Tetangga: Dia Bawa Massa Biar Ramai

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri Pejaten Shelter, dr. Susana Somali, diklaim mendapat protes keras dari tetangganya soal bau kotoran dan lolongan suara anjing yang timbul dari dalam kediaman pribadinya.

Saat ditemui Kompas.com pada Selasa (28/2/2023), Susan membenarkan perihal adanya protes tersebut.

Namun Susan menegaskan bahwa protes yang dilayangkan tidak dilakukan oleh banyak pihak. Melainkan hanya ada satu tetangga yang melontarkan protes.

"Hanya satu orang kok (yang protes). Terlihat banyak karena dia bawa warga," kata Susan.

"Tapi warga yang dibawa sama dia itu bukan warga sekitar rumah saya. Warga yang kebetulan lewat saja itu, dia ajak-ajakin," sambung dia.

Kuasa hukum Susan, Stein Siahaan mengungkap kliennya bukan tanpa usaha untuk meredam suara anjing atau pun bau tidak sedap yang ditimbulkan.

Stein mengatakan bahwa sang klien sudah menggunakan cairan kimia untuk menyamarkan bau kotoran.

Beberapa pegawai Susana bahkan diketahui acap kali membersihkan kotoran yang berada di teras rumah.

"Halaman dr. Susan kan paving block, jadi kalau ada anjing yang pipis sudah pasti menyerap ke bawah. Kemudian pas cuacanya panas dia pasti menguap. Kita sudah pernah siram pake biang karbol, tapi baunya memang masih menempel. Namun tidak sekuat sebelumnya," kata Stein.

Kemudian, menyoal suara lolongan anjing, Stein mengungkap suara tersebut sejatinya tidak berlangsung lama.

Suara lolongan biasanya berlangsung selama lima menit. Itu pun hanya terjadi satu kali dalam sehari.

"Anjing kan sahabat terbaik manusia. Pas kita datang kan mereka menyambut kita layaknya anak. Nah dr. Susan itu kalau pulang pasti malam, ketika dia pulang anjing yang dirawat beliau itu pasti menggonggong karena menyambut kepulangannya, paling sekitar 5-10 menit," ungkap Stein.

Lebih lanjut, Stein mengungkap sang tetangga akhirnya memanfaatkan momen tersebut untuk melaporkan dr. Susan via platform Jakarta Kini (JAKI).

Tetangga itu, sebut Stein, melaporkan dr. Susan atas kebisingan dan bau yang ditimbulkan dari anjing yang dirawat.

Sang tetangga menggunakan bukti rekaman gonggongan selama beberapa menit yang direkam ketika dr. Susan pulang ke kediamannya.

"Dia sempat bikin laporan pada 19 Februari lalu melalui JAKI. Itu laporan keduanya tahun ini. Padahal kita sudah mediasi waktu itu dan sepakat bahwa dr. Susan tetap boleh merawat anjing di kediamannya," ucap Stein.

"Dia itu punya tendensi kepada dr. Susan, tapi kami tidak bisa ungkap di sini. Intinya dia punya goals, makanya dia terus-terusan mengusik dr. Susan. Apalagi ini sudah berlangsung sejak 2020," pungkas dia.

Susan sendiri sebenarnya tidak benar-benar memelihara anjing tersebut di dalam rumah.

Semua anjing yang dibawa ke kediamannya merupakan hewan sakit dan butuh perawatan.

Susan sengaja membawa anjing yang butuh perawatan karena tidak bisa disatukan di dalam shelter yang ia miliki di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan.

Risiko penularan penyakit yang dapat timbul sewaktu-waktu menjadi alasan Susan membawa beberapa anjing sakit ke kediamannya.

Adapun Pejaten Shelter sudah berdiri sejak 2009 lalu. Selama lebih dari satu dekade berdiri, Pejaten Shelter sudah merawat lebih dari 2.000 hewan.

Dari ribuan hewan, anjing menjadi hewan terbanyak yang dirawat oleh Susan. Sisanya adalah kucing, monyet, dan musang.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/01/17371501/pemilik-pejaten-shelter-tegaskan-hanya-berkonflik-dengan-satu-tetangga

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke