Salin Artikel

Keluh Kesah Aji Jadi Marbut, Gaji Naik hingga Rp 4 Juta tapi Makin Sering Dikritik

Pria yang akrab disapa Aji menjadi marbut setelah menerima tawaran almarhum eks Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Saefullah.

Menurut Aji, tawaran ini tidak akan datang dua kali karena gaji yang ditawarkan Saefullah ketika itu lebih menarik ketimbang pemasukannya sebagai seorang kuli angkut di Marunda, Jakarta Utara.

"Saya senang saja jalaninnya. (Pemasukan) berbeda dari sebelumnya (sebagai kuli angkut)," tutur Aji mengawali kisahnya saat berbincang dengan Kompas.com di Masjid Al-Khairiyah di Jalan Sungai Kendal, RT 003/RW 08, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (27/3/2023).

Honor yang diterima Aji sebagai marbut kala itu sebesar Rp 500.000, memang tak seberapa.

Karena itu, Aji mendapat kebebasan untuk tetap bisa mencari pemasukan tambahan sebagai kuli angkut di Marunda.

"Saya waktu itu masih dua-duanya ngejalanin, jadi marbut sekaligus nguli. Pak Sekda bilang enggak apa-apa, asal setiap Jumat libur (menguli), harus ngurusin masjid," ungkap Aji.

Waktu terus berjalan, Aji tetap setia melakoni pekerjaannya sebagai marbut. Namun, di satu sisi usia Aji pun bertambah, sehingga dia disarankan untuk berhenti mencari uang tambahan dengan menjadi kuli angkut.

Aji mengenang bahwa saat itu Saefullah sendiri yang memintanya untuk berhenti menguli di Marunda.

Awalnya Aji dilema. Namun, Saefullah dapat menyakinkan Aji bahwa berhenti menjadi kuli angkut adalah pilihan tepat.

"Kata dia berhenti aja jadi kuli, nanti gajinya dicukupi," ucap Aji, mengenang apa yang pernah disampaikan Saefullah kepadanya.

"Dari situ gaji naik jadi Rp 1.200.000, langsung dari kantong pribadi Saefullah," imbuh Aji.

Nasib baik lagi-lagi menghampiri Aji. Kali ini dia diusulkan Saefullah agar digaji sesuai upah minimum di Ibu Kota.

"Diusulkan Pak Saefullah untuk digaji Pemda DKI sesuai UMR, Rp 2,5 juta. Waktu itu masih zamannya Pak Jokowi (Gubernur DKI Jakarta Jokowidodo), digaji lewat Bank DKI Syariah," kata Aji.

Kabar Aji diusulkan menerima gaji sesuai UMR akhirnya menjadi konsumsi publik. Tak sedikit orang yang ingin bekerja sebagai marbut.

Bahkan, ada saja suara-suara sumbang yang sampai ke telinga Aji, salah satunya bernada "kritik" mengenai pekerjaannya yang kurang maksimal kendati sudah menerima gaji sesuai UMR.

"Kan ada saja orang bilang, 'Ini kotor nih', gitu. Ada saja kritikan buat saya, inilah, kotor lah, banyak sawang (sarang laba-laba)," ucap dia. 

"Karena dia sudah tahu (gaji marbut). Nah, sekarang sudah Rp 4 juta, dari bendahara DKM Rp 3 juta, dari pemerintah Rp 1 juta yang dibayarnya 6 bulan sekali," imbuh Aji.

Aji tidak menampik bahwa ia terkadang bosan. Tetapi, ia memiliki cara untuk menghibur diri.

"Ya kadang kalau di sini lagi sepi, saya muter saja ke belakang. Main. Tapi saat pas pengin adzan, ya balik lagi," ungkap Aji.

Terlepas dari keluhan tersebut, Aji mengaku bahagia karena ada saja orang baik yang singgah di masjid ini untuk menunaikan shalat.

Kebaikan orang-orang tersebut terlihat setelah mereka terkadang memberikan Aji sedikit rezeki.

"Kadang-kadang ada orang, saya lagi kerja, ada yang kasih Rp 100.000. Sering itu. Tiap hari ada aja. Kadang dapat uang Rp 50.000, saya kumpulkan, dari pagi sampai sore, ada yang Rp 5.000, ada yang Rp 10.000," imbuh Aji.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/27/14552161/keluh-kesah-aji-jadi-marbut-gaji-naik-hingga-rp-4-juta-tapi-makin-sering

Terkini Lainnya

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke