Salin Artikel

Jatuh Bangun Pengemudi Ojol yang Kini Jadi Calon Penghuni Rusun Rp 10.000 Bambu Apus

JAKARTA, KOMPAS.com - Sutarman (55), seorang pengemudi ojek online (ojol), menjadi salah satu calon penghuni Rusun Sentra Mulya Jaya.

Rusun yang berlokasi di Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur itu, bisa disewa Sutarman hanya dengan biaya Rp 10.000 per bulan. 

Baru diresmikan pada Jumat (31/3/2023) lalu, rumah susun dengan lima lantai dan 93 unit ini dikhususkan bagi pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS).

Warga yang bisa menghuni rusun harus diseleksi dengan ketat, untuk memastikan program rusun murah dari Kementerian Sosial ini tepat sasaran dan tak disalahgunakan. 

Sutarman mengisahkan jatuh bangun perjuangan hidupnya hingga ia tak sanggup lagi menyewa rumah kontrakan dan diterima sebagai penghuni rusun tersebut.

"Sebelumnya saya tinggal di Sumur Batu di daerah Kemayoran. Selalu ngontrak di daerah Kemayoran sejak 1997 sebelum berakhir di Sentra Mulya Jaya satu tahun terakhir," ungkap dia kepada Kompas.com, Minggu (2/4/2023).

Selama mengontrak di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sutarman kerap berpindah-pindah tempat tinggal.

Ini menyesuaikan dengan pendapatannya saat masih berprofesi sebagai seorang pengantar dokumen di agen perjalanan, dan penjual daging ayam di pasar.

Selama mengontrak, nominal yang harus dikeluarkan oleh Sutarman sekeluarga adalah Rp 700.000-Rp 1,8 juta.

Sutarman mengaku bahwa nominal itu cukup memberatkan, terutama saat ia beralih menjadi pengemudi ojol.

"Saya udah lebih kurang 10 tahun jadi ojol. Awal-awal pendapatannya bagus. Sekarang udah agak-agak memprihatinkan," ungkap Sutarman.

"Sehari kadang cuma dapat Rp 50.000-Rp 100.000. Kadang-kadang malah cuma Rp 30.000. Covid-19 kemarin, kami sangat terdampak sekali (secara keuangan) karena sempat sekeluarga di Wisma Atlet juga," tutur dia.

Perekonomian yang kian merosot

Perekonomian Sutarman sekeluarga mulai menurun saat salah satu anaknya didiagnosis mengidap skizofrenia sekitar 13 tahun lalu.

Pada saat itu, ia berusaha mengobati anaknya ke beberapa klinik swasta dan merogoh kocek yang cukup besar.

Pengobatan terus berlanjut lantaran anaknya tidak kunjung sembuh.

"Pernah beberapa kali dirawat di rumah sakit pemerintah, tapi belum stabil juga. Suatu ketika, kami sudah kritis masalah ekonomi. Datanglah Covid-19," ucap Sutarman.

Selama dirawat di Wisma Atlet, Sutarman sekeluarga berhasil sembuh dari Covid-19.

Ia pun mengucap syukur atas pemulihannya kembali. Nahasnya, perekonomiannya justru semakin memburuk.

"Pemulihan kami berbarengan dengan ekonomi yang semakin krisis. Sampai benar-benar berpikir buntu, dalam arti saya ingin menyerahkan atau menitipkan istri ke ibunya dulu," ujar Sutarman.

Hal itu sempat terpikirkan oleh Sutarman lantaran ia sudah tidak sanggup membayar kontrakan.

Namun, ia akhirnya memutuskan untuk melapor ke negara perihal kondisinya, dengan mengunjungi Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

Laporannya baru ditanggapi setelah beberapa kali melapor. Sutarman lalu dihubungkan dengan Kementerian Sosial.

"Kementerian Sosial menunjuk untuk kami menuju balai rehabilitasi Phala Martha di Sukabumi," tutur Sutarman.

"Pada hari yang udah dijanjikan ke Phala Martha, ternyata anak saya kambuh lagi. Akhirnya kami bawa dia ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grogol," imbuh dia.

Seiring dengan hal tersebut, pihak Kementerian Sosial menanyakan kelanjutan keluarga Sutarman usai anaknya dirawat di sana.

Sutarman pun menceritakan bahwa ia sudah tidak bisa memperpanjang masa kontrakannya, dan tidak tahu harus tinggal di mana.

"Saya sudah menyerah, kemudian Sentra Mulya Jaya ngasih solusi untuk sementara waktu tinggal di sana," kata Sutarman.

Melalui beragam pertimbangan, ia menyetujui usulan itu. Sutarman, istri, dan dua anaknya tinggal di Balai Mulya Jaya, sementara anaknya yang satu lagi tetap di RSJ Grogol.

Namun, ungkap Sutarman, pihak RSJ hanya memberi waktu pengobatan selama dua hingga tiga pekan.

Walhasil, pada waktu yang telah ditentukan, ia menjemput anaknya dan membawanya ke Balai Rehabilitasi Phala Martha di Sukabumi.

"Sampai sekarang masih dirawat di Phala Martha," ucap Sutarman.

Jadi calon penghuni rusun

Selama satu tahun terakhir, Sutarman sekeluarga tinggal di Balai Mulya Jaya.

Selanjutnya, kabar baik itu datang. Sutarman ditawarkan untuk pindah ke Rusun Sentra Mulya Jaya.

"Kami ditawarkan, nah akhirnya kami mau. Insha Allah, ke depan saya akan menempati di sini (Rusun Sentra Mulya Jaya)," kata Sutarman.

"Di sini mungkin sementara kali ya, karena kan prosedurnya bergantian dengan orang-orang yang tidak mampu, sampai kira-kira kami bisa mandiri (tinggal) di luar," sambung dia.

Saat ini, Sutarman masih tinggal di Sentra Mulya Jaya. Ia belum mengetahui kapan bisa mulai bermukin di rusun.

Menurut dia, ada kemungkinan proses pindah tempat tinggal para calon penghuni rusun dilakukan secara bertahap.

"Proses pemindahannya mungkin bertahap, masih belum tahu kapan. Yang penting kami sudah (berkesempatan akan tinggal) di sini," terang Sutarman.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/02/17332621/jatuh-bangun-pengemudi-ojol-yang-kini-jadi-calon-penghuni-rusun-rp-10000

Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke