Salin Artikel

Perjuangan Pengemudi Ojol Tak Sanggup Bayar Kontrakan, Jual Harta Benda hingga jadi Penghuni Rusun Rp 10.000 Bambu Apus

JAKARTA, KOMPAS.com - Sutarman (55), bersyukur ia bisa diterima untuk tinggal di Rusun Sentra Mulya Jaya di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, yang harga sewanya hanya Rp 10.000 per bulan. 

Sebelum mendapatkan kepastian bisa menghuni rusun tersebut, pria yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online ini sudah hidup luntang lantung karena tak sanggup lagi membayar biaya sewa kontrakan. 

Bahkan, seluruh harta benda yang ia miliki sudah dijual untuk kehidupan sehari-hari ia dan keluarganya.

"Udah dijualin dulu buat modal (hidup), barang-barang kayak penanak nasi. Sekarang udah enggak ada yang bisa dijual lagi," ucap Sutarman kepada Kompas.com, Minggu (2/4/2023).

Saat ini, barang-barang Sutarman yang tersisa hanya lah buku-buku, pakaian, dan barang sehari-hari yang tidak memiliki nilai jual.

Barang-barang itu rencananya akan Sutarman angkut saat ia pindah ke Rusun Sentra Mulya Jaya.

"Nanti mungkin akan dipilih-pilih dari barang yang dimiliki sekarang, dipilih yang penting aja. Kalau dibawa semua ke sini (rusun), nanti enggak memungkinkan," terang dia.

Sutarman mengisahkan jatuh bangun perjuangan hidupnya hingga ia tak sanggup lagi menyewa rumah kontrakan.

Sejak 1997, ia dan keluarganya hidup mengontrak di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat.

Sutarman kerap berpindah-pindah tempat tinggal menyesuaikan dengan pendapatannya saat masih berprofesi sebagai seorang pengantar dokumen di agen perjalanan, dan penjual daging ayam di pasar.

Selama mengontrak, nominal yang harus dikeluarkan oleh Sutarman sekeluarga adalah Rp 700.000-Rp 1,8 juta.

Sutarman mengaku bahwa nominal itu cukup memberatkan, terutama saat ia beralih menjadi pengemudi ojol.

"Saya udah lebih kurang 10 tahun jadi ojol. Awal-awal pendapatannya bagus. Sekarang udah agak-agak memprihatinkan," ungkap Sutarman.

"Sehari kadang cuma dapat Rp 50.000-Rp 100.000. Kadang-kadang malah cuma Rp 30.000. Covid-19 kemarin, kami sangat terdampak sekali (secara keuangan) karena sempat sekeluarga di Wisma Atlet juga," tutur dia.

Uang habis obati sang anak

Perekonomian Sutarman sekeluarga mulai menurun saat salah satu anaknya didiagnosis mengidap skizofrenia sekitar 13 tahun lalu.

Pada saat itu, ia berusaha mengobati anaknya ke beberapa klinik swasta dan merogoh kocek yang cukup besar.

Pengobatan terus berlanjut lantaran anaknya tidak kunjung sembuh.

"Pernah beberapa kali dirawat di rumah sakit pemerintah, tapi belum stabil juga. Suatu ketika, kami sudah kritis masalah ekonomi. Datanglah Covid-19," ucap Sutarman.

Selama dirawat di Wisma Atlet, Sutarman sekeluarga berhasil sembuh dari Covid-19.

Ia pun mengucap syukur atas pemulihannya kembali. Nahasnya, perekonomiannya justru semakin memburuk.

"Pemulihan kami berbarengan dengan ekonomi yang semakin krisis. Sampai benar-benar berpikir buntu, dalam arti saya ingin menyerahkan atau menitipkan istri ke ibunya dulu," ujar Sutarman.

Hal itu sempat terpikirkan oleh Sutarman lantaran ia sudah tidak sanggup membayar kontrakan.

Namun, ia akhirnya memutuskan untuk melapor ke negara perihal kondisinya, dengan mengunjungi Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. 

Laporannya baru ditanggapi setelah beberapa kali melapor.

Singkat cerita, Sutarman dan keluarga akhirnya diperbolehkan tinggal di Balai Mulya Jaya, salah satu fasilitas milik Kemensos.

"Saya sudah menyerah, kemudian ngasih solusi untuk sementara waktu tinggal di sana," kata Sutarman.

Selama satu tahun terakhir, Sutarman sekeluarga tinggal di Balai Mulya Jaya.

Selanjutnya, kabar baik itu datang. Sutarman ditawarkan untuk pindah ke Rusun Sentra Mulya Jaya.

"Kami ditawarkan, nah akhirnya kami mau. Insha Allah, ke depan saya akan menempati di sini (Rusun Sentra Mulya Jaya)," kata Sutarman.

"Di sini mungkin sementara kali ya, karena kan prosedurnya bergantian dengan orang-orang yang tidak mampu, sampai kira-kira kami bisa mandiri (tinggal) di luar," sambung dia.

Sebagai informasi, Menteri Sosial Tri Rismaharini meresmikan Rusun Sentra Mulya Jaya di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, pada Jumat (31/3/2023).

Rusun itu dibangun di atas lahan seluas lebih kurang 21.843 meter persegi.

Kalangan yang bisa menghuni rusun dengan harga sewa Rp 10.000 itu meliputi tunawisma, pengemis, pemulung, gelandangan, dan sebagainya.

Rusun Sentra Mulya Jaya memiliki luas 8.367 meter persegi ini. Rusun ini memiliki lima lantai yang terdiri dari 93 unit.

Sebanyak 91 unit merupakan unit standar, sementara dua unit lainnya khusus untuk penyandang disabilitas.

Seluruh unit merupakan tipe 24 meter persegi yang telah dilengkapi beberapa perabot, yakni tempat tidur, lemari pakaian, kompor, gas 3 kilogram, kloset duduk, peralatan makan, serta kursi dan meja makan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/02/19125401/perjuangan-pengemudi-ojol-tak-sanggup-bayar-kontrakan-jual-harta-benda

Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke