Salin Artikel

Berburu Takjil di Mangga Besar yang Melegenda, Pakai Nomor Antrean Saking Ramainya

Video penjual takjil ini sebelumnya viral di media sosial.

Pantauan langsung Kompas.com, Senin, sejumlah pembeli antre di samping gerobak takjil yang berlokasi di depan Apotek Bintang Semesta.

Lima orang pedagang terlihat sigap melayani para pembeli yang mengerubungi gerobak tersebut.

Pedagang takjil ini menjual berbagai menu manis untuk berbuka puasa. Ada singkong gula merah, biji salak, sagu rangi, ubi, kolak pisang, kolang-kaling, dan lainnya.

Diketahui gerobak takjil tersebut milik Tri (45).

Setiap hari selama Ramadhan, Tri bersama saudaranya mendorong gerobak tersebut dari rumahnya di Kebon Kelapa, Gambir, Jakarta Pusat, menuju tempat jualan di Jalan Mangga Besar.

Sudah berdagang sejak 1990-an

Menurut Tri, keluarganya secara turun-temurun sudah menjajakan dagangan takjil di Jalan Mangga Besar sejak tahun 1990-an.

"Ini turun-temurun sih ya semenjak tahun 1990-an kalau saya ingat, belum ada Jalan Layang Mangga Besar saat itu, jalanan masih di bawah," ujar Tri kepada Kompas.com.

"Pertama kali dari kakek, terus turun jualan ini ke bibi saya, sekarang kami yang meneruskan. Sudah tiga keturunan berarti," tambah dia.

Kata Tri, pada tahun 1990-an, harga takjil yang dijualnya keluarganya masih Rp 2.000 per satu ikat plastik. Kini, Tri menjual aneka ragam makanan takjil seharga Rp 15.000.

"Waktu dulu tahun 1990-an mah baru buka harganya Rp 2.000, lama kelamaan naik. 2010 harganya Rp 10.000, 2015 naik jadi Rp 12.000, terakhir 2018 sampai sekarang harganya Rp 15.000," kata dia.

Menurut dia, berjualan dengan gerobak sejak pukul 15.00 WIB di pinggir jalan tersebut merupakan ciri khas keluarganya sejak dahulu.

"Memang sudah ciri khasnya di pinggir jalan, namanya juga pedagang kaki lima," kata Tri.

Tri mengaku, karena hanya berdagang satu tahun sekali, ia harus membuat takjil dagangannya dengan spesial dan beda dari pedagang lain.

"Yang spesial itu kata mereka rasa takjil saya beda dari yang lain. Dari gulanya katanya asli, santannya berasa, terus menu yang lainnya enggak kebanyakan bumbu," kata dia.

"Ditambah enak lagi. Kami bikin juga harus spesial sih, mengingat jualan satu tahun sekali, di bulan Ramadhan lagi," tambah Tri.

Tri berharap, pembeli bisa terus percaya dengan resep takjil yang ia buat dan akan terus membeli dagangannya.

"Mudah-mudahan orang masih tetap percaya sama resep kamilah, cita rasa kolak saya yang beda dari yang lain," pungkas dia.

Pembeli bertambah usai viral

Ia mengaku, pembeli bertambah ramai usai video dagangannya viral di media sosial. Tri pun mengakui, banyak pembeli sudah mengantre sejak gerobaknya datang.

"Sudah banyak pembeli hampirin kami saat baru datang ke tempat jualan," kata Tri.

Menurut Tri, langganan pembeli takjilnya sudah banyak sejak dahulu. Usai videonya viral, pembeli baru pun berdatangan.

"Yang biasa langganan udah banyak, terus baru karena kemarin juga viral ya berdatangan. Kan biasanya ada yang kenal gitu orang-orangnya, ini banyak pembeli baru yang mau ngerasain," ucap dia.

Habiskan puluhan kg bahan baku dalam sehari

Tri mengaku bisa menghabiskan bahan baku 30 kilogram ubi dan 25 kilogram singkong setiap harinya.

"Tergantung, misalnya ubi bisa habis 30 kg, singkong bisa 25 kg, bisa lebih juga," ucap dia.

Tri pun menjelaskan berbagai menu takjil yang ia jual setiap harinya.

"Di sini ada biji salak ubi, kolak pisang, singkong, labu, kolang-kaling, pacar cina, sagu rangi, terakhir ada tape," kata Tri.

Menurut dia, takjil yang paling sering diburu pembeli biji salak ubi dan kolak pisang.

"Biji salak ubi, itu yang paling banyak dibeli atau best seller-lah kalau kata orang. Baru yang kedua menu andalannya kolak pisang," tambah dia.

Untung Rp 2 juta per hari

Tri mengaku dapat keuntungan dari berdagang takjil hingga sebesar Rp 2 juta per harinya.

"Ya paling sekitar Rp 1 juta sampai Rp 2 juta masih kebagian untungnya. Alhamdulillah itu, yang penting rejekinya berkah aja," ujar dia.

Ia mengatakan bahwa Rp 2 juta merupakan keuntungan bersih. Menurut dia, pendapatan per hari bisa jauh lebih besar.

"Iya keuntungan bersih, bukan sama modal. Kalau pendapatan, lebihlah (dari Rp 2 juta)," kata dia.

Ia menuturkan, modal untuk membeli bahan baku per harinya sekitar Rp 3 juta.

Ia pun akhirnya membuat sistem nomor antrean untuk para pembeli. Tujuannya agar pembeli tidak menyelak antrean.

"Itu (nomor antrean) baru banget dibuat supaya netralisir, kan biasanya pembeli berbondong-bondong, bahkan ada yang menyelak. Jadi kami enggak bisa bergerak," ujar Tri.

"Kami akhirnya coba pakai nomor antrean ini," tambah dia.

Tri mengatakan, sebelum ia menerapkan nomor antrean, banyak pembeli yang marah-marah karena diselak. Bahkan, antarpembeli sempat adu mulut karena diselak antreannya.

"Sebelumnya pembeli banyak yang marah-marah melulu. Itu sistemnya dulu ada yang keduluan, yang sudah datang lama jadi belakangan gitu dilayaninya," kata Tri.

"Banyak adu mulut, jadi kami enggak enak. Akhirnya cari solusi, pakai nomor antrean ini," tambah dia.

Pernah dibeli artis

Tri pun mengaku bahwa beberapa artis pernah membeli takjil dagangannya.

Bahkan kata dia, artis tersebut melakukan syuting di tempat dagangannya, saat pembeli lainnya sedang mengantre.

"Iya betul, saya enggak tahu namanya siapa. Dia syuting acara dari salah satu stasiun televisi, viral deh," tutur dia.

Bahkan, kata dia, artis tersebut juga memborong beberapa dagangannya.

"Barusan dia pesan kolak ke kami, barusan banget salah satu anggota krunya yang ambil," ucap dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/04/09515621/berburu-takjil-di-mangga-besar-yang-melegenda-pakai-nomor-antrean-saking

Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke