Salin Artikel

"3F" dalam Perkara Teddy Minahasa dan Dody Prawiranegara

Fabricated Confession

Barang yang diyakini psifor paling merusak proses persidangan adalah keterangan saksi. Ini menonjol antara lain pada sejumlah keterangan Linda alias Anita (LA).

Ini jelas kebohongan besar, mengingat Tim Bravos Radio berhasil menemukan surat tugas resmi dari Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian kepada Teddy dan tim untuk melakukan operasi penegakan hukum terkait narkoba.

Tim itu terdiri dari sejumlah personel Polri dengan berbagai pangkat. Dengan misi resmi dan didampingi sekian banyak anggota korps Tribrata (bahkan kabarnya juga menyertakan beberapa aparat dari lembaga penegakan hukum lainnya), sah bahwa operasi yang Teddy pimpin adalah kerja penegakan hukum yang terkendali. Bukan perjalanan liar.

Dan gila apabila Teddy melakukan kemaksiatan bersama Linda di tengah sorotan sekian banyak orang.

Atas dasar itu, apa pula alasan untuk percaya pada klaim Linda bahwa ia merupakan istri siri dan memiliki anak dari Teddy. Klaim itu sekonyong-konyong Linda angkat di persidangan tanpa dipantik oleh pertanyaan apa pun.

Di salah satu stasiun TV, Arman Depari mendeskripsikan profil Linda sebagai sosok pendusta yang bahkan perlu dicek kewarasannya.

Tambahan lagi, permohonan Linda untuk menjadi Justice Collaborator ditolak LPSK. Alhasil, Linda sangat layak dipandang sebagai saksi (merangkap terdakwa) yang buruk kredibilitasnya.

Tinggal lagi pertanyaannya adalah keterangan palsu Linda termasuk dalam kategori apa? Pertama, keterangan palsu yang ia berikan secara sukarela (voluntary false confession)?

Atau kedua, keterangan palsu yang disampaikan karena adanya tekanan atau pun iming-iming pihak eksternal (coerced false confession)?

Mari bernalar; sebesar apa nyali Linda sehingga sanggup merekayasa rangkaian cerita bohong dengan inisiatifnya sendiri?

Forensic fraud

Ini terkait manipulasi barang bukti forensik. Salah satu indikasi forensic fraud adalah bukti chat. Dari sembilan ratusan bukti chat, hanya delapan puluhan (10 persen saja) yang disodorkan penyidik ke persidangan.

Dengan demikian, sangat beralasan untuk menilai bukti chat itu sebagai data/informasi yang tidak berkualitas.

Dengan bukti chat yang sangat sedikit dan terpenggal-penggal, bagaimana bisa dipastikan bahwa simpulan yang terbangun (bahwa Teddy mengorkestrasi penyisihan, penggantian, dan penjualan narkoba) akan akurat?

Apalagi bisa dipastikan bahwa nukilan bukti chat dikumpulkan penyidik bukan secara acak, melainkan diambil dengan tujuan tertentu (purpossive sampling), maka sangat mungkin potongan-potongan chat Teddy dirangkai sedemikian rupa untuk mendukung tujuan (purpose) tertentu.

Indikasi manipulasi bukti forensik juga terlihat pada chat antara Teddy dan Dody yang kemudian diklaim Dody sebagai perintah Teddy agar dirinya mengganti sabu dengan tawas sebagai bonus bagi anggota (kepolisian).

Jika chat tersebut hanya berupa teks (kata-kata), maka--tanpa tedeng aling-aling--saya meyakini bahwa itu mutlak merupakan perintah salah dari orang (Teddy) yang memiliki niat jahat (criminal intent).

Namun di persidangan saya ketahui bahwa chat tersebut telah diutak-atik, yakni emoji berupa wajah tertawa dihilangkan sepenuhnya.

Alhasil, begitu emoji dimunculkan sebagaimana chat Teddy aslinya, penilaian saya serta-merta berubah. Tentu perubahan ini berdasar, yakni sekitar seratus riset tentang komunikasi kriminal yang memuat emoji.

Simpulannya, emoji mendatangkan konteks dan emosi yang mengubah interpretasi pesan secara keseluruhan.

Begitu signifikannya dampak emoji, sehingga otoritas peradilan di sekian yuridiksi pun menyusun kamus serta panduan bagi hakim untuk memahami komunikasi tertulis yang memuat emoji.

Dengan kata-kata yang sama, namun memuat emoji tertawa, makna pesan TM menjadi serba relatif. Tidak lagi bisa secara absolut dipahami sebagai perintah.

Apalagi chat Dody atas chat Teddy itu ternyata juga memuat emoji tertawa. Klop sudah, kedua perwira tersebut berada di gelombang yang sama bahwa chat mereka tidak bersifat vertikal (perintah) dari Teddy ke Dody. Kedua polisi itu tahu satu sama lain ihwal konteks senda gurau dalam chat mereka.

Dari chat TM dan DP itu, mari kembali ke Fabricated Confession.

Menduplikasi pembelaan diri Richard Eliezer, Dody mengaku bahwa perbuatannya menjual narkoba kepada Linda dilatari oleh perintah jahat atau tekanan Teddy yang tidak mampu ia  tolak.

Pembelaan diri semacam ini diistilahkan sebagai superior order defence (SOD). Pertanyaannya, seberapa meyakinkan SOD yang diajukan oleh Dody? Sama persis dengan SOD yang diangkat Richard Eliezer?

Dalam khazanah psifor, SOD diuji lewat tiga tahap secara berurutan. Pertama, pastikan terlebih dahulu bahwa perintah salah dari atasan benar-benar ada secara objektif. Pada tahap ini saja klaim SOD oleh Dody seketika patah.

Sebagaimana diuraikan di alinea terdahulu, chat Teddy dan Dody yang memuat teks dan emoji tertawa memperlihatkan bahwa keduanya tidak berinteraksi dalam konteks perintah atasan kepada bawahan.

Karena pengujian di tahap pertama saja gagal, maka sebetulnya tidak diperlukan lagi pengujian lewat tahap-tahap berikutnya.

Tapi okelah, mari berandai-andai bahwa Teddy benar-benar telah memberikan instruksi jahat kepada Dody. Jadi, masuk ke pengujian tahap kedua.

Pada tahap kedua, perlu dicek apakah pihak penerima perintah (DP) memiliki kemampuan, kewenangan, kesempatan, dan sejenisnya untuk menolak instruksi dari pihak pemberi perintah (Teddy).

Jika Dody tidak memiliki hal-hal tersebut, maka SOD dari Dody bisa diterima. Konsekuensinya, Dody akan bernasib sama dengan Eliezer.

Kenyataannya, Dody sanggup menolak chat WA berisi perintah Teddy. Di Bukittinggi, Dody juga kuasa melawan instruksi Teddy.

Di hadapan Majelis Hakim, Dody bahkan lantang mengutarakan kesanggupannya menentang kapolda-kapolda lain. Juga tersedia waktu berpekan-pekan bagi Dody untuk menghindari perintah Teddy.

Itu semua memperlihatkan betapa klaim Dody tentang SOD terlihat mengada-ada. Karena itu, pengujian setop sampai di sini. Dody tidak patut berlindung sebagaimana Eliezer, karena situasi Dody kontras dengan situasi Eliezer, titik.

Namun mari berandai-andai lagi. Anggaplah perintah salah Teddy sungguh-sungguh ada dan Dody benar-benar terpojok, takluk dalam kuasa Teddy. Jadi, masuk ke tahap ketiga pengujian.

Di tahap terakhir ini harus dicek: SOD layak diterima hakim jika Dody berhadapan dengan akibat sangat buruk manakala ia menentang perintah Teddy.

Faktanya, saat Dody menjawab "Siap, tidak berani Jenderal... (diimbuhi emoji tertawa)?", Teddy tidak menjatuhkan sanksi apa pun kepada Dody.

Begitu pula ketika Dody kembali berseberangan dengan atasannya di Bukittinggi, lagi-lagi tidak ada konsekuensi buruk yang Dody alami.

Itu semua menandakan bahwa tidak ada risiko negatif yang Dody derita. Dengan kata lain, pengakuan Dody bahwa ia takut terhadap Teddy tak lebih adalah dramatisasi belaka.

Pun saat Dody mengaku lari lintang pukang di PN Jakbar (gedung publik!) demi menghindar dari Teddy, terkesan absurd sekali. Nasib Dody beda jauh dengan Eliezer yang bisa dihabisi Ferdy Sambo sekiranya ia berani menentang atasannya itu.

Fake crime

Bertitik tolak dari Fabricated Confession dan Forensic fraud di atas, tersedia alasan untuk menduga bahwa Teddy sudah dijadikan sebagai target operasi kriminalisasi.

Teddy terkena sanksi etik, masuk akal. Teddy dijatuhi hukuman pidana, di mana perbuatan jahatnya?

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/12/06185881/3f-dalam-perkara-teddy-minahasa-dan-dody-prawiranegara

Terkini Lainnya

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Megapolitan
Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Megapolitan
Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan 'Study Tour' Harus Dihapus

Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan "Study Tour" Harus Dihapus

Megapolitan
FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

Megapolitan
Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Megapolitan
Tabrak Separator 'Busway' di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Tabrak Separator "Busway" di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Megapolitan
Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Megapolitan
Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke