Rudolf mengaku mencekik Icha karena panik ketika korban berteriak. Kala itu, Rudolf memeras Icha dengan modus membuat konten podcast di Apartemen Green Pramuka City, Jakarta Pusat.
Tangan dan kaki Icha diikat menggunakan kabel ties sebagai bagian dari adegan konten podcast. Sesaat kemudian, Rudolf pun menjelaskan bahwa konten podcast itu hanyalah cara untuk mengelabui korban agar mau diikat.
“Saya panik. Dengan tangan kanan saya tutup mulutnya, tangan kiri buat cekik. Saya juga sudah tunjukkan ke penyidik ada bekas gigitan di jari tengah saya karena Icha gigit,” kata Rudolf kepada Kompas.com di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (12/4/2023).
Rudolf mengaku tidak pernah sekali pun berpikir untuk membunuh ataupun merencanakan membunuh korban.
Karena itu, kepada Kompas.com, Rudolf menegaskan bahwa dia tidak terima didakwa merencanakan pembunuhan Icha.
“Saya bersalah dan saya (mau) bertanggung jawab, tapi saya tidak pernah sedetik pun merencanakan pembunuhan Icha,” ujar Rudolf.
Alasan memeras
Sebelum mencekik Icha sampai tewas, Rudolf memaksa korban untuk mentransfer uang sebesar Rp 19,5 juta.
Keesokan harinya, Rudolf juga mentransfer melalui ATM Bank Mandiri dari rekening Icha ke rekening miliknya sebesar Rp 11,2 juta.
Rudolf mengatakan, uang pemerasan itu adalah modal untuk menculik seorang pria berinisial H, temannya dan Icha.
“Saya ada masalah dengan H. Saya akumulasi uang untuk bayar orang culik H. Lalu, saya pikir juga harus mengungsikan anak dan istri saya,” kata Rudolf.
“Memang saya ada rencana untuk membunuh H, tapi saya maunya dengan diri sendiri. Jadi bayar orang bukan untuk bunuh H, tapi untuk menculiknya saja,” sambung dia.
Sempat bimbang buang jasad
Selain itu, Rudolf mengaku bingung harus berbuat apa seusai membunuh kawannya tersebut.
“Waktu saya mau buang mayat itu juga saya bingung. Saya mau gimana? Otak saya kebagi dua. Saya harus buang ke Kalimalang atau di pinggir jalan?” ujar dia.
Pada saat itu, Rudolf mengaku takut ketahuan apabila membuang jasad Icha di pinggir jalan.
Namun, dia juga ragu untuk membuang korban di Kalimalang karena dia masih menganggap korban sebagai temannya.
“Kalau buang di Kalimalang, bagaimana pun juga dia adalah teman saya. Dia harus dikubur dengan layak,” kata dia.
Lantas, Rudolf memutuskan untuk membuang korban di kolong Tol Becakayu.
“Saya buang dia di pinggir jalan, di bawah Tol Becakayu di belakang tempat parkir truk-truk,” tutur Rudolf.
Rudolf menjelaskan, orang-orang yang berada dalam lingkaran pertemanan dengan dia dan korban terkejut saat mendengar korban kehilangan nyawa di tangannya.
“Tapi ya faktanya, dia kehilangan nyawa di tangan saya,” papar dia.
Tersenyum di lift karena grogi
Adapun Rudolf mendapat julukan "The Smiling Killer" karena tersenyum sambil membawa troli berisi jasad Icha saat masuk ke dalam lift apartemen.
Senyum yang seolah dilayangkan ke arah kamera CCTV dianggap seperti Rudolf merasa puas telah membunuh Icha.
Akan tetapi, Rudolf membantah anggapan tersebut. Dia mengatakan, dia grogi membawa jasad Icha ke dalam lift.
“Pertama, saya bawa mayat. Saya harus menutupi kegrogian saya,” ujar dia.
Selain itu, Rudolf menjelaskan, ada orang yang sedang berdiri tepat di bawah kamera CCTV di dalam lift.
“Dia senyum, jadi saya harus senyum balik ke dia,” tutur Rudolf.
“Bukan karena saya senyumin CCTV,” lanjut dia.
Rudolf mengatakan, dia harus mendongak untuk bisa melihat dengan jelas.
Itulah sebabnya dia terlihat seperti tersenyum ke arah kamera CCTV. Padahal, dia sedang tersenyum ke arah orang yang berdiri di bawah kamera tersebut.
“Kalau saya agak mendongak, mata saya enggak ada lipatan. Jadi enggak bisa melotot. Kalau orang melihat datar itu kan biasa aja, kalau saya harus mendongak untuk bisa melihat dengan jelas,” ujar Rudolf.
Rudolf juga menekankan, dia tersenyum bukan karena puas korban telah tewas.
“Saya aja setelah tahu Icha meninggal gitu, saya bengong. Enggak mungkin karena saya puas bunuh Icha,” imbuh dia.
Mayat utuh, tidak dimutilasi
Selain itu, beredar anggapan bahwa Rudolf memutilasi tubuh korban. Lagi-lagi Rudolf membantah hal tersebut.
“Di (Rutan) Salemba saya dijuluki (pelaku) mutilasi (korban). Padahal jelas sekali mayat itu utuh, tidak dimutilasi,” kata dia.
Dalam kesempatan lain, kuasa hukum Rudolf yang bernama Cliff juga menegaskan bahwa Rudolf tidak memutilasi tubuh Icha.
“Karena banyaknya anggapan bahwa Rudolf ini melakukan mutilasi, perlu kami tegaskan, korban tidak dimutilasi,” kata Cliff.
Selain itu, Cliff menambahkan bahwa tim kuasa hukum Rudolf Tobing membantah Rudolf melakukan pembunuhan.
“Kami membantah bahwa klien kami melakukan pembunuhan. Klien kami tidak pernah dengan sengaja, tetapi ini perbuatan lalai atau culpa yang mengakibatkan meninggal dunia,” ujar Cliff.
Sebagai informasi, Rudolf didakwa membunuh Icha pada 17 Oktober 2022 sekitar pukul 15.00 WIB.
Dikutip dari Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rudolf didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Icha.
“Dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa orang lain,” demikian tertulis di laman SIPP PN Jakarta Pusat.
Berdasarkan keterangan kepolisian, Icha merupakan korban dari kecemburuan sosial Rudolf terhadap pertemanan korban dengan seorang pria berinisial H dan wanita berinisial S.
Rudolf, Icha, H, dan S diketahui pernah berada dalam satu lingkaran pertemanan.
Namun, terdapat sebuah hal yang membuat hubungan Rudolf dengan H merenggang sampai akhirnya mereka bermusuhan.
Dendam tersebut memuncak saat Rudolf melihat foto korban dan S berfoto bersama H di Instagram.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/13/08375931/sederet-pengakuan-rudolf-tobing-usai-bunuh-icha-tersenyum-karena-grogi