Sebab, di sepanjang jalan yang dilabeli Gang Mayong, banyak warga yang berjualan di sana, salah satunya pedagang mi ayam bernama Sudi (54).
Ia mengungkapkan, tawuran di sana sangat berdampak terhadap para pedagang.
"Yang paling kerasa ya jalanan jadi sepi setiap habis tawuran. Orang kan pada takut keluar rumah," ucap dia, Kamis (8/6/2023).
Meskipun ada pembeli, sebagian besar memilih untuk membungkus makanannya daripada makan di tempat.
Sebab, pembeli khawatir tawuran kembali terjadi. Alhasil, aktivitas warga di Jalan Bekasi Timur IV semakin sepi.
Selain itu, banyak pedagang yang tidak berjualan karena kekhawatiran yang sama.
"Pedagang biasanya pada tutup dulu setiap habis tawuran. Ini juga berdampak sama pendapatan," ungkap Sudi.
Jadi korban perusakan
Sudi sudah berdagang di sana sejak 2016. Ia memang tak pernah menjadi korban tawuran karena dagangannya selalu habis paling lambat pukul 18.00 WIB.
Namun, bukan berarti Sudi tidak merasa waswas. Sudi khawatir tawuran terjadi saat dia masih berjualan.
Sudi juga tidak ingin tawuran terus terjadi agar rekan sesama pedagang tidak mengalami kerugian.
"Kasian juga sama pedagang lain yang pernah jadi korban dulu. Kaca toko, etalase, gerobak, pada pecah-pecah," kata Sudi.
"Kami juga takut kena lempar batu atau benda-benda apalah," sambung dia.
Kemalingan
Sebagai informasi, sebagian besar orang lebih mengenal Jalan Bekasi Timur IV sebagai Gang Mayong. Mayong sebenarnya adalah nama salah satu gang di RW 07, dekat Jalan Bekasi Timur IV.
Namun, tawuran antara warga Gang Mayong RW 07 dan warga RW 08 sering terjadi di sana. Karena itu, kawasan tersebut sering dilabeli Gang Mayong.
Tawuran besar terbaru terjadi pada 20-21 Mei lalu. Tawuran pertama terjadi pada Sabtu sekitar pukul 15.45 WIB. Pemuda RW 07 disebut menyerang pemuda RW 08.
Dua orang mengalami luka serius akibat disabet senjata tajam sehingga harus dirawat intensif di Rumah Sakit Persahabatan.
Kemudian, tawuran berlanjut pada Minggu pukul 16.00 WIB. Aksi tersebut menyebabkan terbakarnya kendaraan roda dua dan sangkar burung.
"Setelah tawuran 20-21 Mei itu, ada cerita dari tukang buah setempat. Dia kecolongan satu krat buah," kata Sudi.
Saat itu, pedagang buah tersebut masih berjualan. Pedagang itu tidak sempat menutup toko karena jalanan tiba-tiba ramai oleh remaja yang hendak tawuran.
Namun, Sudi menuturkan, ia tidak tahu apakah buah-buahan itu dicuri pelaku tawuran atau dilempar ke lawan.
"Pas itu juga ada ibu-ibu permak celana jin yang jadi korban pencurian, mesin jahitnya hilang. Sampai sekarang belum buka tokonya," tutur Sudi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/09/07524821/tawuran-di-gang-mayong-merugikan-pedagang-bikin-pendapatan-turun-dan