JAKARTA, KOMPAS.com - Polda Metro Jaya menyebut pelaku kasus penipuan dengan modus like dan subscribe tak saling terkait satu sama lain.
Panit 1 Subdit 4 Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Ipda Satrio menjelaskan, walaupun terkesan berkelompok dan menipu korban dari daerah yang sama, para pelaku ini berbeda kelompok.
"Saya enggak bisa bilang komplotan ya, karena pasti pelakunya mungkin di daerah itu anggaplah A dan B, tetapi dia tidak terkait satu sama lain," jelas Satrio usai acara Diskusi Forum Wartawan Polri dengan tema 'Waspada Kejahatan Siber, Masyarakat Harus Bagaimana' di Jakarta Selatan, Jumat (7/7/2023).
"Walaupun di dalam satu kampung itu sama bermain itu," tambah dia.
Hal itu dikarenakan, keuntungan hasil menipu ini tak cukup apabila dibagikan secara berkelompok.
Pelaku diketahui ingin menipu dengan jumlah korban yang banyak dan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya.
"Karena keuntungan yang diambil dari korban yang ini tidak membuat keuntungan bagi temannya yang lain yang ada di situ," ucap dia.
Menurut Satrio, masalah ini membuat pihaknya butuh waktu yang ekstra untuk mengejar para pelaku penipuan like dan subscribe.
Para pelaku dinilai sangat lihai ketika dikejar pihak kepolisian. Pasalnya, pelaku sering kali membeli sim card dan rekening milik orang lain.
Selain itu, keberadaan pelaku juga sulit ditebak karena sering berpindah dan mengganti device handphone-nya.
Bahkan, pelaku bisa melakukan penipuan dengan modus yang baru agar jejaknya menghilang.
"Itu membuat sebuah bentuk yang tidak mudah bagi kami," tambah Satrio.
"Kami baru cek dia ini siapa. Kan dia kan menggunakan nih platform mendaftar nomor telepon atas nama orang lain. Rekening dia beli. Nah, itu," kata dia.
Dalam penipuan ini, korban awalnya diberi tugas untuk memberi like dan subscribe ke salah satu akun media sosial yang ditentukan pelaku.
Setelah melakukan itu, korban akan mendapatkan komisi langsung. Lama kelamaan tugas yang diberikan meningkat menjadi membeli barang di marketplace.
Pelaku membagikan daftar barang yang harus segera dibayar oleh korban. Semakin mahal harga barangnya, semakin besar komisi yang akan diterima korban.
Korban yang selalu mendapatkan komisi dari tugas-tugas sebelumnya menjadi percaya dan terus melakukan tugas tersebut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/07/22580871/demi-untung-lebih-banyak-para-penipu-modus-like-dan-subscribe-beraksi