JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria paruh baya berjongkok di pinggir kolam yang berada di halaman Balai Kota DKI Jakarta pada Senin (10/7/2023) pagi.
Pria itu memegang sebuah saringan dengan gagang yang panjang. Ia tampak sibuk dengan aktivitasnya menyaring kotoran yang berada di tepi kolam.
Pria itu adalah Joni. Ia merupakan perawat kolam ikan di Balai Kota DKI Jakarta yang sudah bertugas sekitar 25 tahun, tepatnya sejak era kepemimpinan Gubernur Sutiyoso.
"Sudah (bekerja) dari zaman Pak Sutiyoso saya sudah di sini," kata Joni sambil mengecek filter kolam.
Saat ini Joni berusia 58 tahun. Meski tak lagi muda, namun pria asal Bogor, Jawa Barat itu tampak masih gagah saat mengenakan seragam kerja berwarna biru.
Joni berjalan di atas lantai berwarna hitam mengelilingi tepi kolam sambil menyaring kotoran yang terapung.
"Saya dari Dinas Perikanan (KPKP). Tugas hanya ngecek kolam beberapa hari sekali aja buat memastikan kondisi air bagus dan lain-lain," kata Joni.
Perawatan dan pengecekan kolam itu tak lepas karena terdapat sejumlah ekor ikan. Ikan peliharaan di dalam kolam itu hasil dari persetujuan gubernur yang menjabat.
"Dari (era) Pak Sutiyoso itu sudah ada ikan koi, lalu ada juga ikan nila dan gurame. Dia kan emang hobi binatang," kata Joni.
Meski terlihat mudah, Joni mengaku untuk perawatan kolam dibutuhkan ketelitian. Salah satu yang perlu diperhatikan yakni soal kondisi air.
Kondisi air kolam harus mendapatkan suhu dan ph yang pas. Selain itu juga filterisasi air harus berjalan baik agar air yang masuk ke kolam kembali bersih.
"Karena ini kan ada ikannya itu suhu, ph air dicek sesering mungkin. Dan filter itu harus dicek. Kalau filter paling tiga bulan sekali, bisa," kata Joni.
Joni dalam merawat kolam di halaman Balai Kota DKI Jakarta ini penuh ekstra hati-hati. Terlebih ikan yang ada di dalam kolam memiliki harga yang cukup mahal.
"Paling banyak itu pas era Pak Ahok. Itu ikan ada sampai lebih dari 100 ekor. Itu harus hati-hati banget. Apalagi ada ikan kesukaannya ikan koi warna merah hitam jenis kohaku. Itu bagus mahal importnya," kata Joni.
"Bahkan pas Pak Ahok sudah tak jadi Gubenur, ada beberapa ikan di sini yang dibawa ke rumah. Itu kesayangannya. Di rumah dia semua ikan bagus-basus," kata Joni.
Tak jauh berbeda dengan era kepemimpinan Gubernur DKI Anies Baswedan. Kolam yang berada di Balai Kota DKI Jakarta itu juga diisi dengan ikan koi.
"Jadi kayak ditambahkan aja gitu. Saat Pak Anies jabat, ikan koi di sini ditambahi. Nanti yang ini (Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono) juga gitu. Tapi ini belum ada instruksi," kata Joni.
Saat ini, ikan-ikan yang berada di kolam halaman Balai Kota DKI Jakarta telah tiada. Ikan itu disebut sedang dirawat di tempat lain karena kolam baru saja selesai direvitalisasi.
"Ini kan baru diperbaiki. Pinggiran kolam baru dicat. Ikan lagi kita pelihara di tempat lain. Kalau abis dicat kan itu takut masih ada minyaknya dan lain. Ini lagi dilihat suhu dan ph air secara berlaka," kata Joni.
"Kalau sudah ada instruksi (ikan ditaro kembali) baru ikan koi itu kita bawa ke sini. Iya (ikan ditambah juga)," sambungnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/12/06000081/cerita-joni-25-tahun-rawat-kolam-di-balai-kota--paling-hati-hati-jaga