JAKARTA, KOMPAS.com - Septian (47) adalah seorang pengemudi ojek online (online) yang berdomisili di kawasan Pulo Mas, Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur.
Ia sudah berprofesi sebagai tukang ojek sejak 1995. Namun, baru pada 24 Juli 2023 ia menjadi korban ranjau paku saat sedang melintas di Jalan Pemuda, Rawamangun, Pulogadung.
Kala itu, Septian sedang melintas dari arah lampu merah gedung Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA) menuju lampu merah gedung Rabbani.
Setibanya di lampu merah gedung Rabbani, motornya terasa kurang nyaman. Usut punya usut, bannya terkena ranjau paku.
"Saya apesnya kena ranjau paku pagi-pagi, baru dapat satu penumpang tiba-tiba kena di sini (depan gedung BAKAMLA). Kerasa pas belok (kiri) di lampu merah Rabbani," ungkap dia di Jalan Pemuda, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (31/7/2023).
Kebetulan, penumpangnya adalah seorang murid di salah satu sekolah dekat Jalan Pemuda.
Anak sekolah itu lah yang memberi tahu kepada Septian bahwa bannya bocor akibat ranjau paku.
"Dari laporan anak sekolah itu, ternyata di sini sering ada ranjau paku. Sering ada yang kena juga," tutur dia.
Beruntungnya, titik Septian mengantar penumpang itu tidak jauh dari lampu merah gedung Rabbani.
Jadi, penumpangnya dapat diantarkan dengan selamat. Septian pun langsung mencari tukang tambal ban terdekat untuk memperbaiki bannya.
"Senin pas saya kena itu, saya coba nyisir jalanan itu pelan-pelan. Saya dapat 52 (ranjau paku) potongan payung, saya hitungin itu di rumah. Sampai sekarang, saya setiap pagi kalau lewat sini selalu sambil sisir jalanan untuk ambilin ranjau paku," terang dia.
Pada Senin, 31 Juli 2023, Septian kembali melakukan penyisiran, dan berhasil mengantongi sekitar 20 ranjau paku.
Duga ulah tukang tambal ban
Rasa penasaran membuat Septian bertanya kepada tukang tambal terkait ranjau paku.
Sebab, selama melintas di Jalan Pemuda, baru kali ini ia menjadi korban.
Septian tidak mengingat pasti kapan ia bertanya kepada seorang tukang tambal ban, namun ia mengingat betul jawaban yang diberikan orang itu.
"Katanya begal malam-malam nyebar ranjau paku biar orang-orang kempis bannya, tapi enggak mungkin," tegas Septian.
"Dua hari lalu (29/7/2023), jam 08.00 WIB pagi, saya ke sini buat nyisir ranjau paku sampai bersih. Jam 10.00 WIB iseng lewat sini lagi, ada lagi," imbuh dia.
Untuk saat ini, Septian menaruh curiga pada profesi tukang tambal ban.
Namun, ia tidak bisa berspekulasi karena tidak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa para pengusaha tambal ban di kawasan itu menyebarkan ranjau paku.
Yang pasti, kata Septian, ia menyayangkan aksi para pelaku yang merugikan banyak orang.
"Masa caranya cari duit begitu? Saya kesalnya, pagi-pagi kena (ranjau paku), pas angkut penumpang penglaris," tutur Septian.
"Saya curiganya, mungkin namanya tambal ban, penghasilan terkadang kurang. Tapi kalau sepi, jualan bensin atau apa, yang halal. Pasti banyak pembeli yang enggak mau antre di SPBU. Jangan sebar ranjau paku," pungkas dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/01/11040501/pernah-jadi-korban-kini-septian-sukarela-sapu-ranjau-paku-di-jalan-pemuda