JAKARTA, KOMPAS.com - Tawuran pelajar yang berulang di Jalan Raya Bogor, Pasar Rebo, membuat resah para pedagang kaki lima di kawasan tersebut.
Mereka khawatir ikut menjadi korban salah sasaran dari kebrutalan para pemuda yang saling serang.
Pada Selasa (29/8/2023) kemarin, tawuran kembali pecah di kawasan itu.
Puluhan remaja terlibat tawuran menjelang maghrib, sekitar pukul 17.30 WIB.
Mereka terdiri dari kelompok yang datang dari arah Kompleks Bengrah, Cijantung, dan dari gang samping Gor Ciracas.
Pedagang es lontar bernama Hamdi (54) mengatakan, kelompok remaja yang datang dari arah Cijantung sempat mengelilingi kompleks sebelum menyerang lawan.
"Banyak motor pada mutar di kompleks. Mereka keluar dulu ke jalan raya, jalan ke arah Kramatjati, (lalu) mutar di jembatan buat masuk lagi ke kompleks. Baru mereka langsung nyerang," kata dia di lokasi, Rabu (30/8/2023).
Ia tidak mengetahui pasti berapa jumlah motor yang dikendarai para pelaku tawuran.
Namun, kata dia, kira-kira 50 orang datang secara berboncengan. Saat itu, Hamdi sedang duduk menjaga dagangannya.
Tiba-tiba, sekelompok pengendara motor keluar dari arah Komplek Bengrah, Cijantung.
Mereka melintas di Jalan Raya Bogor arah Kramatjati kemudian masuk ke kompleks melalui jembatan yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka keluar.
"Pas mutar saya belum lihat ada yang bawa sajam (senjata tajam). Pas mau ke sini setelah mutar, baru ada yang lari-lari bawa sajam. Motornya enggak tahu ke mana," imbuh dia.
Pedagang es jelly bernama Pardi (65) menambahkan, di antara pelaku tawuran yang berhamburan dari arah Komplek Bengrah, ada yang masih berseragam SMA.
"Ada yang masih berseragam, ada yang enggak pakai juga, campur. Pokoknya kemarin ada yang lari-lari dan jalan kaki, tapi pada bawa sajam," kata dia di lokasi, Rabu.
Bawa sajam dan lempar petasan
Berdasarkan kesaksian Hamdi dan Pardi, kelompok remaja yang datang dari Cijantung membawa sajam berupa celurit dan parang.
Hamdi menuturkan, ada kemungkinan celurit sudah dimodifikasi karena bentuknya lebih panjang daripada yang ia ketahui.
Para pelajar yang membawa sajam berhamburan ke jalanan dan berlari ke arah gang samping Gor Ciracas untuk mengejar kelompok lawannya.
"Dari sini (gang sebelah Gor Ciracas) anak-anaknya pada keluar bawa bambu," ungkap Hamdi.
Lantaran dikejar sekelompok remaja yang membawa sajam, anak-anak yang keluar dari gang itu pun lari terbirit-birit.
Saat kedua kelompok berada di ujung gang, kata Pardi, terjadi aksi pelemparan petasan. Namun, ia tidak mengetahui pasti pihak mana yang melemparnya.
"Enggak tahu mereka saling kejar sampai mana, kemarin pas polisi pada ke sini mereka sudah pada bubar," ungkap Pardi.
Bikin pedagang waspada
Hamdi dan Pardi langsung mengamankan gerobak supaya tidak menjadi target salah sasaran.
Sebab, dua kepala keluarga ini sama-sama menggantungkan nasib dengan berdagang.
"Saya langsung dikasih tahu sama tukang parkir, katanya 'Pak! Minggir dulu! Mau ada tawuran!'" ujar Hamdi.
"Saya langsung tarik gerobak ke dekat pagar (Gor Ciracas). Saya sama pedagang lainnya pada disuruh minggir dulu sama dia," sambung dia.
Berbeda dengan Hamdi, Pardi sudah melihat anak-anak itu dari jauh. Jadi, dia langsung mengamankan gerobak ke arah pagar.
Pada tawuran kemarin, para pelaku tawuran tidak melirik sedikit pun ke arah mereka dan warga lainnya yang menonton.
Hamdi dan Pardi bersyukur atas hal tersebut lantaran para remaja itu hanya berfokus pada lawannya. Namun, bukan berarti mereka tidak waspada.
"Tetap ada rasa khawatir karena enggak ada yang tahu, takutnya saya dan dagangan saya jadi korban salah sasaran. Sudah orang kecil, jadi korban tawuran, nanti enggak bisa berdagang lagi," tutur Pardi.
Khawatir istri dan anak jadi korban
Untuk Hamdi sendiri, biasanya ia berdagang seorang diri di depan GOR Ciracas.
Namun, saat tawuran terjadi pada Selasa sore kemarin, istri dan anaknya turut mendampingi.
"Kebetulan kemarin istri dan anak saya ikut buat bantu jaga dagangan. Itu yang saya khawatirkan, takut tawuran kemarin kena mereka," ujar dia.
Hamdi melanjutkan, kejadian itu juga membuatnya gemetar, meski ini bukan tawuran pertama yang ia saksikan.
"Saya sudah dua kali lihat aksi tawuran selama enam bulan berdagang di sini. Tetap ada rasa khawatir, saya sampai gemetar kemarin," terang dia.
Hamdi menambahkan, tawuran yang pertama kali disaksikannya cukup membuatnya trauma.
Saat itu, ada dua kelompok remaja berkejaran di Jalan Raya Bogor arah Kramatjati menuju Depok.
Kemudian, ada pengendara motor yang terjatuh di dekat gerobaknya. Karena panik, pemotor yang jatuh itu langsung berlari meninggalkan sepeda motornya.
"Motor berhenti di dekat (gerobak) saya. Mungkin dendam apa gimana, motornya dihancurin di depan saya persis," kata Hamdi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/31/07251541/tawuran-di-pasar-rebo-yang-meresahkan-para-pedagang-kaki-lima