JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran dari salah satu bangunan di kawasan kuliner Pasar Lama Tangerang, Banten, pada Sabtu (23/9/2023) pukul 20.50.
Bangunan yang terbakar sebenarnya tidak berada di area utama kawasan kuliner Pasar Lama Tangerang.
Meski begitu, besarnya kobaran api kala itu tetap membuat pengunjung dan pedagang kaki lima (PKL) merasa was-was.
Menurut Tanjung (21), warga setempat yang jadi saksi terjadinya kebakaran, banyak PKL yang melarikan diri sembari membawa gas serta peralatan dagang dari masing-masing lapak mereka.
Sementara itu, pengunjung berlarian menuju pintu keluar masuk kawasan kuliner Pasar Lama Tangerang.
"Beberapa warga sama pedagang langsung ke sumber kebakaran. Ternyata yang kebakar itu ada beberapa lapak. Mereka (warga-pedagang) nyoba buat memadamkan apinya sendiri," tutur Tanjung.
Tak lama berselang, petugas pemadam kebakaran (damkar) tiba di lokasi kebakaran.
Meski semula tertutupnya akses jalan oleh lapak PKL menyulitkan petugas damkar, kobaran api akhirnya berhasil dipadamkan sekitar pukul 22.00 tanpa adanya korban jiwa.
Lekat dengan Cina Benteng
Keberadaan Pasar Lama di pusat Kota Tangerang tak terpisahkan dari keberadaan masyarakat Tionghoa di Tangerang yang tenar dengan sebutan Cina Benteng.
Dalam sebuah tur Museum Benteng Heritage pada 2019, salah seorang pemandu bernama Martin menceritakan bahwa sejarah kaum Cina Benteng sendiri bisa ditelusuri dari pelayaran Laksamana Cheng Ho.
Cheng Ho ialah seorang penjelajah dari China yang dalam penjelajahannya sempat melewati Tanah Jawa.
“Jadi Cheng Ho mengutus anak buahnya Tjen Tjie Lung untuk mendarat di Teluk Naga yang jadi bagian dari Tangerang sekarang. Dari sana dia jadi nenek moyang Cina Benteng. Dia datang sekitar tahun 1407,” jelas Martin.
Rombongan Tjen Tjie Lung kemudian bertempat tinggal di sekitar sana, dan berkembang semakin banyak. Mereka bercampur dengan masyarakat di sana, dan kawin dengan penduduk setempat.
Itulah alasan Cina Benteng sekarang memiliki kulit sawo matang dan mata yang sipit. Kelompok masyarakat Cina Benteng pun semakin berkembang.
Dulunya perkampungan
Mereka mendirikan lebih banyak perkampungan di beberapa kawasan sekitar Tangerang. Selain di Teluk Naga mereka juga mendirikan perkampungan.
“Di kawasan Pasar Lama saat ini, mereka buka lahan. Mereka bertani karena dekat dengan sungai Cisadane. Dan salah satu buktinya adalah Klenteng Boen Tek Bio yang sudah ada sejak 1684,” ujar Martin.
Dahulu, kawasan Pasar Lama lebih mirip perkampungan biasa yang masyarakatnya memang sudah melakukan aktivitas perdagangan.
Untuk menunjukkan hal ini, terdapat foto sejarah kondisi Pasar Lama di masa lalu yang menunjukan kondisi lingkungan.
Dalam foto yang terdapat di Museum Benteng Heritage tersebut, terlihat warga Cina Benteng sedang merayakan hari besar sambil berpawai.
Lokasi pada foto tersebut berada di sepanjang jalan Pasar Lama tepat di depan rumah yang kelak menjadi Museum Benteng Heritage.
“Dulu memang sudah jadi pasar. Tapi tidak seperti ini. Masyarakat yang punya kultur China kan pasti seringnya berdagang," ujarnya.
"Jadi mereka buka warung kelontong atau makanan dan yang lain gitu tapi dari rumah mereka. Bukan lapak yang kayak di pasar sekarang,” lanjut Martin.
Akulturasi
Kaum Cina Benteng yang tinggal di kawasan Pasar Lama kemudian berakulturasi dengan masyarakat Muslim yang ada di sana.
Akulturasi tersebut menghasilkan hubungan yang rukun di antara keduanya dan meninggalkan banyak artefak bersejarah.
Sampai saat ini toleransi tersebut dapat dilihat di Pasar Lama, dari hal paling mudah makanan peranakan yang disajikan halal dan rumah ibadah yang berdekatan.
“Misalnya Masjid Jami Kalipasir itu kan menaranya berbentuk pagoda. Itu menunjukan hubungan yang baik antara warga Cina Benteng dan Muslim di Pasar Lama ini,” tutup Martin.
(Penulis: Muhammad Naufal, Syifa Nuri Khairunnisa | Editor: Jessi Carina, Silvita Agmasari)
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/25/09255161/mengenang-sejarah-pasar-lama-tangerang-yang-sempat-alami-kebakaran