Malam itu, satu per satu peserta berdatangan ke Pelataran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok, untuk mengikuti acara perdana yang digelar Komunitas BAKUL Budaya.
Mereka mengenakan pakaian putih dan membawa matras.
Para peserta kemudian duduk bersila di atas matras yang sudah digelar. Di hadapan mereka ada lilin kecil.
Tepat pukul 20.00 WIB, Turita Indah Setyani, Dosen Program Studi Jawa FIB UI sekaligus pemandu meditasi malam itu, membunyikan lonceng, penanda acara dimulai.
"Napas alami difokuskan pada embusan napas keluar dari hidung. Lihatlah napas alami dengan rileks. Meditasi bulan purnama ini untuk kita semua tahu, energi bulan purnama itu pengaruhnya sangat positif," ucap dia memberi arahan kepada peserta.
Setelah itu, semua peserta mulai memejamkan mata. Tak ada iringan musik atau suara apa pun. Pelataran FIB UI begitu sunyi dan tenang, ditemani aroma hio yang tersapu angin malam.
Sesekali Turita menyampaikan arahan untuk mengatur napas dan merilekskan pikiran para peserta.
"Meditasi butuh ketenangan untuk kesehatan. Jadi, pikirkan baik-baik, fokuskan pada embusan napas saja. Jika ada pikiran, sadari bahwa itu hanya pikiran dan kembali ke embusan napas saja," kata Turita.
"Rileks saja. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Lepaskan dan pasrahkan pada Tuhan (pencipta) alam semesta," imbuh dia.
Selang satu jam kemudian, bunyi "ting!" seperti di awal meditasi kembali bergema, menandakan meditasi malam itu telah selesai.
Meditasi bulan purnama pun diakhiri dengan sesi diskusi pengalaman pribadi para peserta.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/10/30/08395791/meraih-damai-dengan-meditasi-di-bawah-sinar-bulan-purnama