Salin Artikel

Jangan Lagi Ada Korban di Pemilu 2024, Eks Petugas KPPS: Masa Pemerintah Enggak Berkaca?

JAKARTA, KOMPAS.com - Eks petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPP) bernama Winda Fitri (37) mengingatkan pemerintahan untuk berkaca pada kejadian meninggalnya ratusan petugas KPPS pada Pemilu 2019. 

Pemerintah diminta mengantisipasi agar Pemilu 2024 tidak memakan korban lagi. 

“Masa pemerintahan enggak berkaca dari tahun lalu? Mungkin bisa lebih baik,” ujar Winda saat ditemukan Kompas.com di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (4/12/2023).

Winda pun menceritakan betapa melelahkannya tugas yang dia jalani saat menjadi petugas KPPS pada Pemilu 2019. 

Pada Pemilu 2019, terdapat lima suara untuk Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

Sebelum pelaksanaan Pemilu 2019, Winda bersama petugas KPPS yang lain harus mengikuti pelatihan atau Bimbingan Teknis (Bimtek) selama tiga bulan.

Sewaktu hari pelaksanaan, yakni 17 April 2019, ia harus tiba di tempat pemungutan suara (TPS) pukul 06.00 WIB. Oleh karena itu, Winda harus meninggalkan anak dan suaminya di rumah.

Kendati demikian, Winda tidak menyangka waktu penghitungan ternyata cukup lama dan berbeda jauh pada Pemilu 2014 yang selesai pukul 15.00 WIB.

“Kami hitung itu kalau enggak salah sampai 23.00 WIB, itu sudah mulai agak capek. Soalnya kan Pemilu serentak, lelah banget kami, sampai tengah malam,” ungkap Winda.

Setelah semuanya selesai, Winda bersama petugas KPPS dan keamanan mengantarkan kotak suara ke GOR Pasar Minggu.

Winda kembali menggelengkan kepala. Pasalnya, ia harus mengantre untuk pemeriksaan kembali dan menyerahkan kotak suara.

“Woah, antre banget, Mas. Karena kan satu Kecamatan. Sebenarnya bukan menghitung ulang ya di sana, ya diperiksa, dikoreksi. Karena memang terlalu banyak surat suara kak. Wah, riweh dah,” imbuh Winda.

Oleh karena itu, Winda baru sampai di rumah ketika azan Subuh berkumandang dan ia baru bisa merebahkan badan untuk waktu yang panjang.

“Iyalah, sakit, capek, lelah, enggak karuan, pusing. Ya sekitar dua sampai tiga hari. Namanya perempuan, jarang begadang, ibu rumah tangga, saat itu punya anak satu, ya lelah. Kasarnya kan enggak tidur, full kerja,” keluh Winda.

Winda pun mengaku kapok. Ia tidak mau lagi menjadi petugas KPPS di Pemilu 2024 mendatang. Terlebih, menurut Winda, bayarannnya tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/12/04/15134851/jangan-lagi-ada-korban-di-pemilu-2024-eks-petugas-kpps-masa-pemerintah

Terkini Lainnya

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke