Kepala RS Polri Kramatjati Brigjen Pol Hariyanto mengatakan, pihaknya mengerahkan ahli fisioterapi untuk memberikan terapi wicara agar Sultan dapat berbicara menggunakan suara perut.
Terapi tersebut diberikan supaya Sultan tetap bisa berkomunikasi setelah menjalani operasi pengangkatan pita suara di RS Polri Kramatjati.
"Dilakukan oleh ahli fisioterapis khusus terapi wicara. Tinggal belajar speech terapi, karena perlu waktu belajar dengan suara perut," kata Hariyanto dilansir dari TribunJakarta.com, Selasa (26/12/2023).
Namun, tidak bisa dipastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan sehingga Sultan bisa berbicara sepenuhnya menggunakan suara perut lantaran proses terapi sangat bergantung pada diri pasien.
Setelah menjalani terapi berbicara menggunakan suara perut, diharapkan Sultan dapat berkomunikasi tanpa harus menggunakan alat bantu elektrolaring yang ditempelkan di leher.
"Tergantung berlatihnya, keseriusan dan usaha kerasnya (agar dapat berbicara menggunakan suara perut). Sementara masih diselingi dengan alat elektrolaring," ujar Hariyanto.
Secara umum, Sultan sudah dalam kondisi baik dan dapat berkaktivitas kembali sebagaimana sebelumnya setelah menjalani rawat inap di RS Polri Kramat Jati selama 117 hari.
Setelah dirawat, kata Hariyanto, Sultan bertemu langsung dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada pekan lalu.
Dalam pertemuan itu, Sultan yang sebelumnya sempat depresi akibat kejadian yang menimpanya menyatakan ingin melanjutkan pendidikan hingga jenjang lebih tinggi di luar negeri.
"Baru hari Jumat minggu kemarin berkenan Kapolri menerima ananda (Sultan)," tutur Hariyanto.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa yang menimpa Sultan terjadi di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan.
Dari kediamannya di bilangan Bintaro, Sultan bersama beberapa teman SMA-nya mengemudikan kendaraan roda dua ke arah Jalan TB Simatupang, lalu belok kiri ke Jalan Pangeran Antasari.
Setelah Sultan menyusuri Jalan Pangeran Antasari sejauh satu kilometer, tiba-tiba ada mobil SUV yang berhenti di depan motor korban.
Mobil itu berhenti karena ada kabel fiber optik yang melintang di tengah jalan.
Sopir SUV yang bergerak perlahan untuk melewati kabel menjuntai diduga salah perhitungan. Sopir diduga tidak menyadari kabel tersebut menyangkut di bagian atap mobil.
"Karena kabel fiber optik terbuat dari serat baja, kabelnya jadi tidak putus saat tertarik beberapa meter. Kabel berbalik ke arah belakang dan menjepret leher anak saya," ungkap Fatih, ayah Sultan Rif'at.
"Seketika itu juga anak saya langsung terjatuh akibat jeratan kabel," sambung dia.
Sultan yang tak sadarkan diri kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati untuk mendapat pertolongan pertama.
Akibat kecelakaan itu, Sultan kesulitan untuk berkomunikasi. Ia bahkan tidak bisa berbicara.
Sultan juga tidak bisa lagi bernapas melalui hidung dan mulut. Ia harus menggunakan alat bantu pernapasan yang dipasang dari leher.
Selain itu, Sultan juga hanya bisa mengonsumsi cairan. Akibatnya, berat badannya saat itu terus menyusut.
Setelah kasus yang menimpanya disorot oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Sultan pun menjalani perawatan intensif di RS Polri Kramatjati.
Sultan menjalani sejumlah operasi hingga akhirnya diizinkan pulang dari RS Polri beberapa hari lalu.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul RS Polri Kerahkan Ahli Fisioterapis Terapi Wicara untuk Sultan Korban Kabel Fiber Optik.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/12/27/11305601/rs-polri-kramatjati-berikan-terapi-wicara-untuk-sultan-korban-kabel