Tanpa diduga-duga, ketiga orang yang merupakan ayah, ibu, dan anak itu tertimpa tembok SPBU yang roboh hingga membuat mereka tewas seketika.
Kronologi
Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi mengatakan, peristiwa terjadi sekitar pukul 12.15 WIB.
Saat itu, sisi tembok kanan SPBU Jalan Tebet Barat Dalam Dua tiba-tiba roboh ke jalan permukiman. Kemudian, robohan tembok langsung menimpa para korban yang tengah berada di warung makannya.
"Di luar ada korban yang sedang jualan makanan, sehingga robohan (tembok) menimpa," kata Yossi kepada wartawan, Minggu.
Yossi menjelaskan, ada empat korban dalam kejadian ini. S, T, dan D menjadi korban yang meninggal dunia.
Sementara itu, MF (9) yang merupakan anak dari D berhasil selamat, tetapi mengalami luka-luka.
"(MF) dirawat di rumah sakit terdekat. Tiga yang meninggal dunia (S,T, dan D) sudah dibawa ke RSCM," ucap Yossi.
Lebih lanjut, Yossi menyampaikan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri untuk melakukan pendalaman terkait penyebab robohnya tembok.
"Saat ini melakukan penyelidikan dan pendalaman terkait penyebab rubuhnya (tembok)," tutur Yossi.
D tewas usai lindungi sang anak
Komandan regu rescue Sudin Damkar Jakarta Selatan Sektor Tebet, Yoki mengungkapkan, MF berhasil selamat karena ibunya diduga melindunginya dari robohan tembok.
"(Saat tembok roboh), ibunya kayaknya melindungi dia. Karena si anak ini kami temukan tertutupi badan ibunya. Jadi si ibu yang ketiban (tembok) langsung," ujar Yoki kepada Kompas.com di lokasi kejadian, Minggu.
Yoki menambahkan, MF mendapat luka terbuka di bagian wajah dan tangan, serta memar dan lecet di kaki. Meski begitu, kondisi MF cukup stabil.
Tinggal di lapak
Kerabat korban, Doni (74) mengatakan bahwa S dan T tinggal di sebuah lapak yang menempel dengan tembok SPBU itu. Lapak itu juga mereka gunakan sebagai tempat usaha berupa warung makan.
"Mereka tinggal di situ sudah sekitar tiga tahun, di tenda. Mereka dagang juga di situ. Kalau dagangannya tutup, tendanya ditutup dan mereka tidur di situ," jelas Doni, Minggu.
Kata Doni, S dan T sudah tinggal di daerah Tebet sejak tahun 1970-an. Keduanya baru tinggal di tenda itu sekitar tiga atau empat tahun.
"Rumahnya dijual, terus pindah-pindah kontrakan. Enggak ada uang, jadinya tinggal di tenda," ujar Doni.
Namun, S dan T sedang tidak berjualan saat kejadian. Keduanya baru saja pergi dari rumah sakit sebelum kejadian.
Sempat bertemu keluarga lain sebelum tewas
Amry (41), anak kedua dari S dan T, menyebut bahwa ayah, ibu, dan adiknya sempat bertemu dengan anggota keluarga lainnya sebelum tewas.
"Posisi saya habis kasih makan ibu dan saya kasih minum obat. Pas tembok roboh, saya enggak ada di situ," ujar Amry di lokasi, Minggu.
Amry tidak mengingat pasti kapan dirinya berkunjung. Namun, ia berkunjung sebelum adiknya tiba bersama MF.
"Saya kasih minum obat ke ibu saya, lalu adik saya datang. Habis itu saya izin pergi ke bawah (tempat teman-temannya) sebelum jam 12.00-an WIB. Pas tembok roboh, saya enggak hadir," ungkap Amry.
Selain Amry, anggota keluarga lainnya yang sempat bertemu dengan para korban adalah Doni. Ia berkunjung ke lapak korban sejak pukul 08.00 WIB.
Doni mengatakan, kunjungannya saat itu untuk mengobrol dengan S dan T. Namun, sebelum pukul 12.00 WIB, Doni pulang.
"Pas saya bilang mau pulang sebelum jam 12.00-an WIB, beberapa saat kemudian saya ditelepon keponakan saya (Amry). Saya ditelepon, katanya temboknya roboh," ungkap Doni.
Mulanya, Doni tidak percaya. Bahkan, ia sempat marah kepada Amry lantaran mengira keponakannya itu berbohong.
Doni pun langsung berlari dari rumahnya menuju lokasi kejadian. Ia melihat bahwa tembok sudah roboh dan nyawa tiga keluarganya tidak terselamatkan.
"Namanya juga takdir, enggak ada yang tahu. Tadi juga ada yang bilang ke saya, untung saya selamat. Saya juga enggak tahu," tutur Doni.
(Tim Redaksi: Nabilla Ramadhian, Fabian Januarius Kuwado, Dani Prabowo)
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/22/06185811/nasib-tragis-3-orang-sekeluarga-di-tebet-tewas-bersama-di-lapaknya-usai