Salin Artikel

Cerita Anggota KPPS Alsena, Rela Pergi Pagi Pulang Pagi Demi Jaga TPS 7 Bogor

BOGOR, KOMPAS.com - Alsena Hasya (25) menceritakan pengalaman pertamanya menjadi petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di TPS 7, Tanah Sareal, Kota Bogor.

Kepada Kompas.com, ia menyebut pengalamannya menjadi petugas KPPS menjadi momen yang tak akan pernah ia lupakan.

“Pertama kalinya ikutan buat jadi anggota KPPS, ternyata jadi cerita yang enggak bakal dilupain seumur hidup,” ucap Alsena saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (16/2/2024).

Bekerja dari pagi sampai pagi lagi

Pada hari Pemilu, 14 Februari 2024, Alsena sudah bersiap di TPS tempat ia bertugas sejak pukul 05.30 WIB.

Ia mengingat betul, pada waktu itu, Bogor sedang dilanda hujan deras.

Namun, ia sudah berjaga bersama petugas KPPS, Panwaslu, saksi, dan polisi untuk membuka kotak suara yang berisi surat suara bersama-sama.

“Kita pagi-pagi nunggu dulu logistik kaya surat suara itu harus dibuka bareng-bareng, disaksiin petugas, sama saksi, polisi,” ujar dia.

Setelah kotak suara dibuka, tak ada waktu bagi Alsena dan kawan-kawan untuk berleha-leha. Mereka harus memastikan kesiapan hingga pencoblosan dimulai sesuai jadwal pukul 07.00 WIB.

Proses pencoblosan berlangsung pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB.

Setelah istirahat, petugas KPPS melanjutkan proses perhitungan suara.

Ada lima jenis surat suara yang harus dihitung, yakni surat suara Presiden dan Wakil Presiden, DPD, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota.

Menurut Sena, proses perhitungan suara caleg DPR RI dan DPRD Kota yang memakan waktu cukup lama.

“DPR RI dan DPRD Kota lama karena harus difotoin itu ada sampai 60 lembar kayaknya buat nantinya di-upload di Sirekap,” ungkap dia.

Alsena mengatakan, petugas KPPS baru selesai merekapitulasi seluruh surat suara dan membawanya ke kelurahan pada pukul 06.15 WIB.

“Jadi benar-benar seharian, selesai jam enam lewat lima belas, itu langsung kita kirim ke kelurahan pakai mobil bareng-bareng,” ujar Alsena.

Sampai ditegur orangtua

Alsena berkata, setelah selesai dari kelurahan, ia bergegas pulang untuk bisa segera istirahat.

Sesampainya di rumah, rupanya sang ibu tengah duduk di kursi ruang tamu, menunggu putri semata wayangnya pulang.

Dengan tatapan yang penuh kekhawatiran, sang ibu melarang Alsena untuk ikut berpartisipasi menjadi anggota KPPS di tahun Pemilu berikutnya.

“‘Adek udah ya jangan ikutan gini-gini lagi, seharian kamu kerja, gak pulang, capek banget pasti’. Ibu sampai ngomong kayak gitu,” ucap Alsena.

Dibuat bingung oleh Sirekap

Pada Pemilu 2024 ini, Alsena ditugaskan menjadi anggota KPPS kelima.

Tugasnya mencatat ke dalam catatan hasil perhitungan suara presiden dan wakil presiden, perolehan setiap partai politik dan calon anggota DPR/DPD/DPRD Provinsi/DPRD Kota di TPS dan mengunggah ke aplikasi Sirekap.

Ia dibuat bingung dan panik lantaran aplikasi Sirekap sempat mengalami masalah.

“Aplikasi Sirekap di jam 03.00 WIB down. Misalnya kita ngefotoin formulir satu-satu, tapi keadaan hapenya harus off data. Kalau udah selesai, nyalain datanya, itu baru ke-upload,” ujar dia.

Alsena sempat merasa kesal lantaran tidak ada pemberitahuan dari awal jika aplikasi Sirekap hanya tersedia di handphone Android.

Sedangkan ia hanya punya handphone iOS, sehingga Alsena harus meminjam ponsel orang lain.

“Saya jadi nyusahin orang, jadi minjem handphone anaknya ketua KPPS, minjemnya dari pagi sampai pagi, jadi merasa bersalah,” ujar Alsena

Belum lagi, aplikasi Sirekap harus di-update secara berkala agar bisa digunakan.

“Versinya juga harus di-update. Kemarin itu sampai ke versi 42.2 di-update terus,” ujar dia.

Tim yang Solid

Alsena juga bersyukur karena memiliki teman-teman yang mau membantu satu sama lain.

Jika ada satu petugas yang kesusahan, petugas lain sigap membantu.

Kondisi kesehatan anggota KPPS juga terus dipantau dan diberi vitamin dan obat-obatan oleh Puskesmas setempat.

“Alhamdulillah-nya Puskesmas ngasih obat, ada vitamin juga, jadi terpantaulah kondisi kesehatan kita selama bertugas,” ujar Alsena.

Saat ditanya apakah ingin kembali menjadi anggota KPPS di tahun yang akan datang, Alsena hanya tertawa sambil menggelengkan kepala sebagai arti penolakan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/16/18171371/cerita-anggota-kpps-alsena-rela-pergi-pagi-pulang-pagi-demi-jaga-tps-7

Terkini Lainnya

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke