JAKARTA, KOMPAS.com - Perundungan terhadap siswa di Binus International School Serpong, Tangerang Selatan, dilakukan beramai-ramai oleh kelompok "Geng Tai".
Pengamat Kebijakan Pendidikan sekaligus Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Profesor Cecep Darmawan menyebut, aksi dilakukan secara keroyokan agar mereka terlihat seperti jagoan.
"Kekuatan exhibition (dipamerkan) menimbulkan (perasaan), 'wah, kami lah jagoannya. Kami lah geng jagoannya'. Ada kepuasan, dan itu yang bahaya," ujar dia saat dihubungi, Selasa (20/2/2024).
Cecep menjelaskan, dari aspek psikologis massa, perundungan secara beramai-ramai dilakukan karena tidak ada yang akan menganggap aksi itu itu sebagai "tindakan heroik" jika pelaku bertindak seorang diri.
"Ada solidaritas kelompok, bahwa 'kami yang melakukan (perundungan) adalah kelompok yang kuat. Kami di atas daripada yang di-bully'. Ada perasaan itu, dan ingin dipamerkan," kata dia.
Dengan dipamerkannya aksi perundungan kepada khalayak yang lebih luas, terutama rekan satu geng, pelaku merasa bak jagoan.
Mencari pengakuan
Para pelaku perundungan itu merupakan siswa senior di sekolah tersebut.
Ciri khas para remaja pada usia tersebut adalah soal eksistensi. Namun, " Gang Tai" justru mencari eksistensi lewat sesuatu yang negatif.
"Mereka ingin ada pengakuan, baik dari kelompok maupun orang lain, itu saja. Ingin meneguhkan bahwa sedang mencari jati diri," kata Cecep.
Ia menyayangkan para remaja yang menyalurkan tenaga ke arah negatif seperti perundungan, bukannya ke arah positif.
Padahal, ujar Cecep, seharusnya para remaja itu dapat dengan mudah mencari pengakuan dari hal yang lebih positif, entah dalam bidang olahraga maupun kesenian.
"Mencari jati diri, caranya ada dua. Ada cara baik dan buruk. Mereka salah langkah, mencari lewat cara yang buruk. Eksisnya karena hal yang buruk, bukan yang positif," kata Cecep.
Sebagai informasi, kasus ini mencuat setelah salah satu akun di media sosial X, @BosPurwa, menuliskan dugaan perundungan oleh "Geng Tai" di sekolah tersebut terhadap salah seorang siswa.
Unggahan itu mengungkapkan bahwa korban dirundung oleh senior atau kakak tingkatnya yang memiliki kelompok “Geng Tai”.
Sementara perundungan dilakukan terhadap anggota baru yang akan bergabung.
Korban dipaksa membelikan sesuatu yang diminta seniornya, dan juga mendapatkan kekerasan fisik, misalnya dicekik, diikat di tiang bahkan dipukul dengan kayu.
“Dan ngerinya lagi sampai disundut rokok,” seperti dikutip Kompas.com dari twit akun X @BosPurwa.
Akun tersebut pun meminta kepolisian mengusut tuntas dugaan kasus perundungan di sekolah swasta tersebut.
Terkini, Polres Tangerang Selatan sudah menerima laporan resmi dari keluarga korban terkait kasus perundungan tersebut, dan sedang menyelidikinya.
“Proses hukum sedang berjalan,” jelas Kasatreskrim Polres Tangerang Selatan AKP Alvino, Senin (19/2/2024).
Binus International School Serpong membenarkan bahwa salah satu terduga pelaku perundungan siswa di sekolah adalah anak dari pesohor VR.
Corporate Marketing Communications General Manager Binus Group Haris Suhendra mengatakan, pihak sekolah sedang mendalami dugaan kasus perundungan yang melibatkan siswanya.
Ia menegaskan, kasus yang mengakibatkan salah seorang siswa harus menjalani perawatan itu, terjadi di luar lingkungan sekolah.
“Sejauh ini masih dalam penanganan sekolah, dan kejadian ini di luar sekolah,” ujar Haris.
Secara terpisah, Kepala Unit PPA Polres Tangerang Selatan Ipda Galih Dwi Nuryanti menerangkan bahwa korban mengalami banyak luka memar di tubuh dan juga sejumlah luka bakar.
“Untuk korban terhadap luka yang dialami sudah kami lakukan visum. Di Sebagian tubuhnya ada banyak luka memar,” ucap Galih.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/20/17335491/pengamat-perundung-siswa-binus-school-beraksi-ramai-ramai-agar-terlihat