JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilik Warteg Sinta, Syarifudin (43) khawatir jika menaikkan harga lauk pauk di tengah melambungnya harga beras.
Oleh karena itu, dia hanya bisa menyiasatinya kondisi ini dengan mengurangi porsi nasi, bukan menaikkan harga.
“Ya paling dikurangi sedikit lah. Kita mainnya kurangi. Soalnya, kalau naikkan harga, pembeli pada kabur. Makanya dikurangi, kayak nasi dikurangi sedikit,” ujar Syarifudin saat ditemui Kompas.com di Jalan AUP, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (28/2/2024).
Sebelum harga beras naik, biasanya dia memberikan tiga centong nasi untuk satu piring.
“Tapi gara-gara kondisi beras masih mahal, saya kasihnya dua setengah centong,” ucap dia.
Menurut Syarifudin, kini harga beras sudah mulai turun meski masih terlalu mahal.
Dalam 15 hari terakhir, dia sudah tiga kali membeli beras untuk kebutuhan warung makannya.
“Saya belinya itu saya lima hari sekali, berarti dalam waktu 15 hari terakhir ini. Dari harga Rp 750.000 untuk satu karung seberat 48 kilogram, sekarang sudah Rp 715.000,” ucap dia.
Untuk warung makannya, Syarifudin biasa membeli beras merek Batik di salah satu agen di Kelurahan Pejaten Barat, Jakarta Selatan.
Dia terakhir membeli beras pada Senin (26/2/2024).
“Sebelum ada kenaikan harga beras, itu biasanya ada di harga Rp 630.000,” kata Syarifudin.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/28/16255921/tak-naikkan-harga-saat-beras-mahal-pemilik-warteg-nanti-pembeli-kabur