Salin Artikel

Berdesakan, Pendaftar Mudik Gratis di Samsat Jakarta Timur Sampai Ada yang Pingsan

JAKARTA, KOMPAS.com - Antrean pendaftaran Mudik Gratis Polri Presisi 2024 di Kantor Samsat Jakarta Timur, Kamis (21/3/2024), cukup padat.

Salah satu peserta, Anti (42) mengatakan, warga saling berdesakan demi mendapatkan slot mudik gratis.

"Tadi ada yang sampai pingsan juga karena saking berdesak-desakan, ada dua orang," ujar warga Ciracas ini kepada Kompas.com di lokasi, Kamis.

Anti sudah berada di lokasi sejak sekitar pukul 03.00 WIB. Pada saat itu, sudah banyak orang yang mengantre.

Mereka baru diperbolehkan masuk untuk shalat subuh, dan sekitar pukul 07.00 WIB saat pendaftaran hendak dimulai.

Warga yang sudah mendapatkan nomor antrean yang ditulis dengan spidol di tangan mereka berbondong-bondong masuk untuk mengantre.

"Kami diatur dan disuruh baris. Polisi panggil nomor urut di tangan, untuk nomor satu sampai 100 dalam satu barisan. Baris-baris selanjutnya itu nomor antrean angka yang lebih besar," jelas Anti.

Mulanya, Anti dan para pendaftar mudik gratis mengira nomor pada tangan mereka adalah nomor urut pemberian formulir pendaftaran mudik gratis. Namun, pendaftaran menggunakan nomor urut yang berbeda.

Nomor urut baru dan formulir pendaftaran hanya diberikan pada orang-orang yang dipanggil.

"Tapi, barisan nomor kecil atau antrean saya, cuma dipanggil beberapa kali. Selanjutnya nomor-nomor yang gede, yang katanya pada datang agak siang. Mereka rata-rata pada dapat, yang dari pagi malah enggak dapat," lanjut dia.

"Di barisan saya, ada beberapa yang dipanggil, yang paling depan saja. Sampai nomor urut 50 pun kayaknya enggak sampai. Kebanyakan yang dipanggil dari barisan nomor-nomor besar," tutur Anti.

Protes sambil berdesakan

Anti mengatakan, banyak protes disuarakan di tengah-tengah antrean yang desak-desakan itu.

Paling banyak menyerukan ketidakadilan karena calon pendaftar sudah mengikuti aturan agar berbaris. Akan tetapi, mereka diperlakukan tak adil di Kantor Samsat Jakarta Timur.

"Memang enggak adil sih menurut saya. Kami sudah mau diatur, tapi mereka bikin peraturan semaunya sendiri," ungkap Anti.

Anti pun merasa kecewa karena mengira nomor urut pada tangannya adalah nomor urut untuk mendapatkan formulir mudik gratis.

Selain itu, Anti merasa kasihan dengan para peserta yang saling berdesakan demi pulang kampung tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.

"Yang pingsan karena berdesakan itu sebaris sama saya, ini jam 09.00-an WIB. Saat kami masih berdesakan antre, tapi diumumin kuota untuk hari ini habis. Mereka digotong enggak tahu ke mana," ungkap Anti.

Pendaftar lainnya, Suhari (63), juga menyaksikan peristiwa itu. Ia prihatin dengan dua orang yang pingsan.

Sebab, berdasarkan penampilannya, mereka berusia lebih muda daripada Suhari.

Makanya, ucap dia, orang-orang yang bisa bertahan desak-desakan di bawah cuaca panas sambil berpuasa tergolong hebat.

"Ramainya desak-desakan itu bikin orang yang bisa bertahan (tidak pingsan) kelihatan keren," tutur Suhari kepada Kompas.com, Kamis.

Meski begitu, ia tetap berharap agar kuota mudik gratis ditambah dan alur pendaftaran dibuat lebih jelas.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/21/18575501/berdesakan-pendaftar-mudik-gratis-di-samsat-jakarta-timur-sampai-ada-yang

Terkini Lainnya

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke