JAKARTA, KOMPAS.com - Berita tentang jeritan dan rintihan yang terdengar dari dalam Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, karena ada yang sedang hapus tato banyak dibaca pada Kamis (2/3/2024).
Keluh kesah sopir angkot yang pendapatannya merosot saat era kepemimpinan Presiden Joko Widodo juga mewarnai pemberitaan kemarin.
Cerita seorang sopir angkot yang merantau dari Bukittinggi, Sumatera Barat, yang 36 tahun tahun bertahan hidup di Jakarta juga terpopuler. Berikut paparannya:
1. Jeritan dan rintihan dari kantor Wali Kota Jaksel
Jeritan dan rintihan terdengar dari dalam Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2024).
Suaranya terdengar seperti orang yang sedang menahan sakit luar biasa. Ada apa di dalam sana?
Pantauan Kompas.com, suara tersebut berasal dari warga yang sedang mengikuti layanan hapus tato gratis di Kantor Wali Kota Jaksel. Baca selengkapnya di sini.
2. Keluh kesah sopir angkot soal rezim Jokowi
Sopir angkot bernama Hasan Basri (55) membandingkan pendapatannya per hari pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo sejak hampir 10 tahun terakhir ini dengan presiden sebelumnya.
Hasan berujar, pekerjaan sopir angkot sempat menjadi primadona para perantau pada periode ‘90-an karena dianggap menjanjikan dibandingkan dengan pegawai negeri sipil (PNS).
“Waktu zaman SBY, pendapatan bersih kami masih Rp 100.000 per hari,” kata Hasan. Baca selengkapnya di sini.
3. Gejolak perantau asal Bukittinggi
Sudah 36 tahun terakhir Hasan Basri (55) bertahan di Ibu Kota. Perjalanan hidup yang sebenarnya dia mulai setelah merantau dari Bukittinggi ke Jakarta pada 1989.
Saat itu, usianya masih 19 tahun. Benar-benar nekat. Sebab, Hasan hanya bermodalkan ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan uang Rp 10.000.
Ia bertolak dari Bukittinggi dengan duduk di kursi penumpang sebuah bus. Hasan tidak tahu transportasi yang dia setop di tengah jalan ini akan berhenti di wilayah mana. Baca selengkapnya di sini.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/22/05000091/-populer-jabodetabek-jeritan-dan-rintihan-dari-dalam-kantor-wali-kota