Wahid mengatakan, kejadian tersebut merupakan masalah pribadi antara pelaku dan korban, bukan karena perpeloncoan.
"(Budaya perpeloncoan) sudah tidak ada, sudah kita hilangkan. Jadi (kasus penganiayaan Putu) ini murni person to person," ungkap Wahid dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (4/5/2024).
Wahid menegaskan bahwa saat ini sudah tidak ada budaya perpeloncoan di sekolah yang ia pimpin.
"Di sini (STIP Jakarta) sebenarnya tidak ada perpeloncoan. Jadi kita sudah hapus semua perpeloncoan karena itu penyakit turun-temurun," jelasnya.
"Saya sendiri sudah setahun di sini (STIP), itu semua (budaya perpeloncoan) sudah saya hapus, enggak ada lagi," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Putu tewas usai diduga dianiaya seniornya berinisial T di sekolah.
Korban disebut dipukul lima kali oleh pelaku di bagian ulu hati sebelum akhirnya tewas pada Jumat (3/5/2024).
Berdasarkan pemeriksaan sementara, ditemukannya luka lebam di sekitar ulu hati Putu.
Korban sempat dibawa ke klinik sekolahnya usai kejadian itu. Namun, nadinya sudah tak berdetak.
Keluarga P juga sudah mengetahui peristiwa ini dan melaporkannya ke polisi.
Polisi masih terus mendalami dan mengembangkan kasus ini untuk dapat mengungkapnya secara terang-benderang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/05/04/12391191/mahasiswanya-tewas-dianiaya-senior-ketua-stip-tak-ada-perpeloncoan-murni