Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Azis Syamsuddin: Jakarta Tak Perlu Ahli!

Kompas.com - 11/04/2011, 19:42 WIB

Kalau nanti angkutan umumnya sudah bagus, mereka akan berpikir untuk menggunakan. Kalau di kota-kota yang lebih maju, mereka pasti akan lebih enak pakai angkutan umum. Karena pajak yang mahal, simpel, dan parkirnya susah. Kan begitu? Sekarang kemacetan di sini juga karena parkir sembarangan, yang sebenarnya areal bukan untuk parkir jadi parkir, areal bukan untuk dagang jadi tempat dagang. Sehingga crowd lalu lintas terfokus di sana.

Angkutan umum dulu diperbaiki, baru membatasi kendaraan secara simultan. Sehingga, kepemimpinan DKI harus orang yang punya ketanggapan. Harus orang yang tanggap, cepat, tepat, dan harus tegas. Yang sekarang menjadi masalah ada pada leadership, manajemennya. Karena kalau ditanya ahli planologi, saya bukan ahlinya, bukan bidang saya. Tapi bagaimana caranya kita me-manage ini untuk kita lakukan manajemen terhadap ahli-ahli. Perlu seorang leader yang tanggap, cepat, dan tegas untuk merajut para ahli ini.

Bagaimana untuk menjaga eksistensi komunitas Betawi?

Budaya setempat yang notabene pusat kebudayaan herritage dari DKI harus kita jaga sehingga itu bisa menjadi kebanggaan dan ciri khas kota Jakarta dengan tetap menghargai kultur budaya lain. Misalnya dengan beberapa event tertentu kita adakan event-event budaya. Tempat bersejarah harus kita jaga, baik tempatnya dan bentuknya.

Dalam berkampanye akan merangkul komunitas Betawi?

Ya harus. Semua masyarakat akan kita rangkul. Kita ajak, kalau Insya Allah saya diberikan amanah oleh Allah, saya tidak akan bisa menjalankan amanah itu sendiri kalau tidak didukung team work. Siapa team work-nya? Seluruh anggota masyarakat. Saya tidak akan memberikan janji, tetapi saya akan janji kepada Allah SWT.

Soal penanganan banjir, bagaimana?

Yang harus dilakukan adalah melakukan pendekatan humanis, pendekatan keindahan dan kebersihan. Kita harus sadarkan kepada warga DKI untuk meningkatkan hidup budaya kota. Budaya kota itu seperti buang sampah pada tempatnya, menjaga lingkungan misalnya di tiap rumah ada pohon supaya menjaga ketersediaan air tanah. Perumahan-perumahan juga jangan dijadikan wilayah bisnis. Harus tegas. Kalau yang melanggar bisa diuruk lagi. Ini semua untuk kepentingan bersama. Saat ini, Jakarta menurut saya masih belum mencapai titik nyaman sebagai tempat tinggal. Untuk mencapai tujuan, itu tidak bisa diprediksi karena kemacetan semakin parah. Kalau selalu banjir, maka Jakarta akan semakin tidak nyaman. Sementara untuk yang tinggal di pinggiran kali, kita harus melakukan pendekatan persuasif, mengajak mereka untuk relokasi (pindah). Kita buat mereka pindah ke rusun (rumah susun). Perusahaan-perusahaan juga kit ajak untuk mengeluarkan CSR dengan memberikan pelatihan ketenaga kerjaan dan pemahaman lingkungan kepada masyarakat pinggir kali ini. Untuk sektor pendidikan?

Kasih kesempatan seluas-luasnya warga untuk merasakan pendidikan. Dengan tingkat kehidupan yang keras, multi etnis, multi bahasa, makanya Jakarta itu harus kompetitif. Untuk persiapan kompetisi ini, sumber daya manusia harus berkualitas. Caranya? Dengan mengajak juga pihak swasta melakukan CSR seperti pelatihan, keterampilan, hingga bantuan pendidikan.

Jika diberi kesempatan menjadi Gubernur, Pak Azis melihat Jakarta menjadi kota yang bagaimana?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com