Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Azis Syamsuddin: Jakarta Tak Perlu Ahli!

Kompas.com - 11/04/2011, 19:42 WIB

Satu, dalam hal mengatasi macet dan banjir. Ada permasalahan mendasar yang perlu kita lakukan yaitu tentang bagaimana memperbaiki atau membuat lebih efektif dan efisien terhadap pengelolaan infrastruktur dan planologi tata kota. Yang sekarang dilakukan sudah cukup baik. Harus kita lebih efektifkan dan efisienkan, contohnya bagaiamana penambahan ruas jalan. Penambahan ruas jalan itu bisa dua, secara horizontal melebarkan, atau secara vertikal dengan menambah angkutan umum seperti monorel atau MRT bawah tanah. Ini yang harus kita perbaiki, kita lihat kontur tanahnya seperti apa?

Jadi, penambahan jalan tetap dibutuhkan di Jakarta? Karena banyak juga yang mengklaim Jakarta makin macet justru karena makin banyak pembangunan jalan?

Makanya tadi saya sampaikan, alternatif itu ada dua. Satu, menambah ruas jalan secara horizontal bisa secara vertikal, bisa dengan monorel atau ke bawah dengan MRT. Sehingga masyarakat bisa merasakan kenyamanan, keamanan, dan ketenangan dalam menggunakan angkutan umum itu bisa terpenuhi atau paling tidak mendekati keinginan masyarakat.

Kalau bicara macet kan banyak faktor penyebabnya, termasuk banyaknya kaum komuter dari luar Jakarta yang masuk ke sini membawa kendaraan. Bagaimana dengan persoalan ini?

Nah, ini masalah keduanya. Terkait over populas. Menurut data, hampir rata-rata 250.000 penduduk luar Jakarta masuk ke Jakarta setiap hari. Kita bisa lihat kalau pagi orang masuk Jakarta itu penuh, demikian juga pas sore hari. Berarti berapa pergerakan dari kota penunjang Jakarta ini yang masuk pagi keluar sore? Jadi untuk mengatasinya bagaimana? Terminal. Angkutan umum dari luar kota ke dalam terminal induk. Kemudian angkutan dalam kota bisa busway, bisa monorel, MRT itu harus nyaman, aman. Dan paling penting tepat waktunya itu sehingga orang bisa memprediksi. Jadi tidak boleh orang hanya sampai dengan aman, selamat, dan nyaman aja, tapi bagaimana ketepatan waktunya. Dan kita berikan reward kepada supirnya. Ketepatan itu kan juga satu parameter reward.

Sistem Transportasi di Jakarta yang sudah ada ini, menurut Pak Azis bagaimana?

Angkutan yang sudah ada bagaimana. Contohnya Terminal Blok M, kemudian ada busway, tapi dari perumahan orang yang di Depok, menuju ke terminal busway di Blok M itu bagaimana? Menuju Lebak Bulus bagaimana? Subsidiary angkutan vital di luar Jakarta dengan yang menuju perumahan Jakarta itu yang harus dipertimbangkan. Sehingga kita dapat berikan kenyamanan, keamanan, ketenangan, dan tepat waktu. Selain itu, faktor populasi ini juga yang bisa memberikan dampak pada kesejahteraan. Bagaimana pendidikan anak mereka, kesehatan mereka, termasuk warga DKI juga. Di samping hal ini juga, dalam menjaga itu harus dilakukan kerja sama antara Pemda DKI dengan pemerintah lain, bisa pemerintah Jawa Barat atau Jawa Tengah.

Sehingga, masyarakat itu tidak perlu berduyun-duyun ke Jakarta dengan harapan dan cita-cita mereka untuk berdesak-desakan di Jakarta. Kan tujuan mereka itu mencari nafkah di Jakarta. Kalau kita sudah ada kemitraan kerja sama dengan kelompok masyarakat di daerah asalnya, seluruh hasil palawija, komoditi mereka dibeli kita. Kita jual di dalam Jakarta untuk masyarakat, dan pembayaraannya sudah dilakukan di daerah.

Kalau untuk warga yang menengah ke atas yang membawa kendaraan pribadi bekerja di ibukota, kebijakan apa yang paling tepat sehingga beban Jakarta tidak semakin meningkat?

Begini nanti, para pengendara kendaraan bermotor, mereka ini kan tidak bayar pajak di Jakarta. Bisa SIM Tangerang, Depok ya kan? Itu yang bisa dilakukan. Feed back-nya bisa dipakai untuk memperbaiki jalan-jalan di Jakarta juga. Jadi maksudnya angkutan dari luar Jakarta juga perlu dikenai pajak?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com