Seperti tahun-tahun sebelumnya, umat Islam Indonesia demikian bergairah menyambut kedatangan bulan suci ini dengan meningkatkan amalan ibadah- ibadah ritual. Selain untuk menekuni ibadah ritual, tak sedikit di antara mereka yang menjadikan bulan puasa sebagai momen memperbanyak karitas dan aksi sosial. Bahkan, selain itu, banyak pula dari mereka yang menjadikannya sebagai bulan untuk menahan diri dari segala sikap dan perilaku tercela serta pada saat yang sama mengembangkan akhlak mulia.
Hal itu memperlihatkan keberadaan bulan Ramadhan sebagai bulan yang benar-benar berbeda daripada bulan-bulan lain. Simbol dan atribut keislaman hadir di berbagai ranah. Kegiatan keagamaan pun menyebar di setiap ruang dan sudut sehingga ”semangat beragama” sekaligus bernuansa islami terasa menggetarkan di mana-mana.
Sebagaimana dapat dipahami dari ajaran dan pesan Al Quran, ibadah akan mengantarkan seseorang ke proses pencerahan. Keberibadahan akan memperkuat spritualitas, berdampak positif bagi penajaman nurani dan pengembangan sikap serta perilaku luhur yang bermanfaat bagi diri sendiri, sesama, dan kehidupan.
Jika kegairahan ibadah Muslim Indonesia yang tampak pada bulan Ramadhan berada dalam bingkai itu, karut-marut kehidupan bangsa yang sampai batas tertentu mengakar pada memudarnya moralitas dipastikan dapat ditangani lebih intens dan serius. Penguatan moralitas akan jadi modal utama menuju perbaikan dan pencerahan kehidupan bangsa yang senyatanya.
Namun, melihat fenomena yang ada, keberpuasaan yang berjalan selama ini masih sulit untuk dimasukkan secara utuh dalam bingkai pencerahan tersebut. Jika dilihat secara arif, beberapa bentuk keberpuasaan yang lumrah dan umum dijalani Muslim Indonesia belum mencapai ideal pencerahan.
Sebagai contoh, sebagian dari mereka menjalankan puasa sekadar menahan lapar dan dahaga. Mereka mengerjakan ibadah wajib dan sunah, tetapi belum menjauhi sikap dan perilaku tercela. Mereka belum mentransformasikan pesan dan nilai-nilai puasa ke dalam kehidupan nyata.
Di samping itu, ada kelompok lain yang telah melaksanakan segala ibadah sesuai aturan formal agama serta berupaya mengembangkan moralitas luhur dalam kehidupan dan menyebarkannya ke sekitar lingkungan mereka. Persoalannya, kelompok ini mengimplementasikan moralitas luhur itu hanya selama bulan Ramadhan. Selepas bulan puasa, upaya mereka mengendur kembali sehingga lambat laun mereka bersikap dan berperilaku seperti sebelum puasa.