Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta yang Macet, Jakarta Kita

Kompas.com - 19/06/2012, 03:55 WIB

Berkaitan dengan ulang tahun Jakarta ke-485, Firosuddin berharap pemerintah tak memosisikan mahasiswa sebagai lawan, tetapi mitra. Ia mengusulkan pemerintah mau mewadahi mahasiswa di semua kampus dalam satu komunitas.

”Misalnya, mahasiswa direkrut untuk terlibat dalam mengatasi persoalan-persoalan perkotaan,” ujar Firosuddin.

Sosiolog dan pengajar Universitas Indonesia, Raphaella Dewantari Dwianto, melihat kalangan muda memiliki kepedulian. Mereka merasa memiliki Jakarta. ”Ini bagus, mahasiswa itu aset berharga, pemerintah jangan menganggap mereka sekadar tukang kritik,” tuturnya.

Aneka opini seputar Jakarta mereka kemukakan seperti keadaan sesungguhnya. Menurut Raphaella, kondisi di Jakarta, salah satunya, disebabkan minimnya sistem dan konsistensi pemerintah kota sebagai pembuat sistem.

”Sejak kira-kira 20 tahun lalu, sistem transportasi yang komprehensif dan terintegrasi belum ada, semua masih bersifat parsial,” kata dia.

Raphaella menganggap transjakarta merupakan langkah awal yang cukup baik. Keberadaannya bisa diintegrasikan dengan angkutan lain. Sayang, sampai kini masih bersifat trial and error.

”Sampai sekarang, Jakarta belum mempunyai transportasi massal. Biarpun ada transjakarta, tetapi dalam implementasinya ada inkonsistensi,” ungkapnya.

Sebagai contoh, jalur untuk transjakarta sering digunakan motor dan mobil pribadi. Inkonsistensi tampak dari para aparat, kadang orang yang melanggar ditilang, tetapi kadang dibiarkan. Kondisi ini mendorong orang melanggar. Kalau aparat tegas, orang tak akan memakai jalur itu, orang akan tertib.

Contoh lain, kini orang Jepang terkenal dengan ketepatan waktunya. Padahal mereka mempunyai istilah yamato time, yang artinya tak jauh-jauh dari jam karet.

Menurut Raphaella, karakter tepat waktu terbentuk dari sistem di negeri itu. Pada era 1960-an, Jepang menata diri menjadi negara industri maju, termasuk membuat sistem perkeretaapian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com