Selain itu, dibangun juga Art Science Museum, panggung yang memakai sistem hidrolik sehingga bisa dibuat hingga empat lantai, patung Merlion, dan sebagainya.
Gedung Marina Barrage sendiri tidak sekadar rumah pompa saja. Di Marina Barrage dilengkapi museum yang bercerita tentang ketahanan air. Di sana juga terdapat replika kecil mengenai cara kerja pintu air tersebut. Banyak siswa Singapura diajak ke sana untuk mempelajari bagaimana Singapura menjaga ketahanan airnya.
Yang lebih menarik lagi, di atap gedung Marina Barrage tidak lagi berupa beton yang berisi mesin-mesin untuk perlengkapan keperluan gedung, tetapi ditanami rumput hijau. Di atas gedung itu warga Singapura bisa berjalan-jalan atau piknik, bahkan bermain layangan di atas gedung tersebut.
Atap gedung itu sudah menjadi areal publik yang sangat digemari warga Singapura. Tempat ini tidak hanya memenuhi kebutuhan tubuh, tetapi juga kebutuhan jiwa warga Singapura.
Kembali ke dunia nyata, maksudnya, Kota Jakarta. Bukan berarti Jakarta tidak ingin mencapai apa yang telah dicapai Singapura. Jakarta juga ingin menjadi kota yang menyenangkan untuk dihuni hingga seratus atau dua ratus tahun ke depan. Namun, dengan kondisi fisik dan psikis yang berbeda, Jakarta harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalannya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, saat ini, sedang menyusun rencana induk pembuatan Giant Sea Wall di Teluk Jakarta, bekerja sama dengan Rotterdam. Dinding raksasa yang akan mulai dibangun tahun 2025 ini akan menampung semua air sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pernah mengatakan, Jakarta bisa menjadi seperti Singapura asalkan dikelilingi laut. ”Kalau Jakarta dikelilingi laut seperti Singapura, tentu pekerjaan saya sebagai gubernur akan semakin mudah,” kata Fauzi, dalam sebuah sidang paripurna di DPRD DKI Jakarta.
Ucapan Fauzi ini terlontar mengingat tingginya angka urbanisasi di Jakarta. Dengan adanya urbanisasi, beban kota terus bertambah.