Setiap hari, penghuni getek ini tidur di atas getek, ditemani baunya air parit. Sudah 7 tahun penarik getek ini setia menemani penyeberang yang malas menggunakan jembatan penyeberangan.
Ia mendapat Rp 500 - Rp 1.000 setiap mengantarkan penumpang ke tepi seberang. Ali (27) itulah nama bapak muda yang sudah tujuh kali Lebaran tak pulang-pulang. Selama tujuh tahun pula ia menahan rindu dengan keluarganya di Desa Bumi Ayu, Jawa Tengah.
Bapak muda lulusan pesantren ini lebih memilih ke Ibu Kota dan menjadi penarik getek, dibandingkan diam di rumahnya di kampung. Selain menarik getek, jika ada proyek, tidak jarang ia ikut menjadi kuli bangunan.
Selama Ramadhan, Ali beroperasi setelah sahur dan selesai saat sudah tidak ada penumpang. Saat berbuka, dia meminta bantuan tukang ojek yang ia kenal untuk menggantikannya.
Getek yang ia tarik, bukanlah milik dia pribadi. Getek tersebut milik tetangganya. Ia menyetorkan hasil tarikan geteknya dalam waktu yang tak tentu. "Ya, kalau rezeki kan siapa yang tahu, kalau lagi banyak, ya setor. Kalau enggak ya, gimana lagi," ujar Ali.
Saat ditanya apa tidak bosan selama tujuh tahun menarik getek, ia menjawab, "ya, namanya juga nyari rezeki, mana ada bosennya. Yang penting halal," ujar Ali.
Pria yang mengaku tidak lelah menarik getek ini sebelumnya sempat mencoba pekerjaan berat, seperti kuli dan lainnya. Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku ingin menjadi pengusaha besar.
"Ya, penginnya sih jadi pengusaha besar, kaya.., nanti uangnya diamalkan, buat zakat, sedekah, ngasih yatim piatu... Ya, tapi gimana lagi.., hehe," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.