JAKARTA, KOMPAS.com - Tanggal 11 November 2011 dikenang sebagai hari istimewa bagi warga Condet, Jakarta Timur. Bukan karena tanggal itu merupakan tanggal cantik (11-11-11), melainkan karena saat itulah warga menemukan bulus (Chitra chitra javanensis) raksasa di sekitar Sungai Ciliwung. Para aktivis penyelamatan daerah aliran Sungai Ciliwung kemudian mendeklarasikan tanggal tersebut sebagai Hari Sungai Ciliwung dan bulus menjadi maskotnya.
Ketua Komunitas Ciliwung Condet Abdul Kodir mengatakan, keberadaan satwa yang oleh warga setempat disebut senggawangan itu sangat penting. Hal itu mengingatkan warga di bantaran sungai tersebut tentang perlunya melestarikan lingkungan Ciliwung.
"Senggawangan ini kami jadikan maskot Ciliwung karena hewan ini unik dan langka. Hewan ini juga dianggap sebagai mitos yang barangkali dapat menggerakkan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan Ciliwung," katanya kepada Kompas.com, Jumat (2/8/2013).
Kodir mengatakan, ia bersama komunitas Ciliwung Institute dari hulu hingga hilir Ciliwung selalu mengampanyekan kepada siapa pun tentang pentingnya memelihara lingkungan sungai tersebut. Menurutnya, Ciliwung sudah banyak kehilangan flora dan fauna khas daerah tersebut. Tidak semua warga di Condet, misalnya, tahu tentang satwa dan tumbuhan khas di kawasan itu. Ketika warga bulus raksasa menemukan bulus raksasa dua tahun silam, ketika itulah Kodir pertama kali melihat satwa yang selama ini dianggap sebagai mitos warga Condet.
"Zaman dulu juga ada elang di Condet, tapi sekarang sudah tidak ada lagi," kata pria yang lahir dan tumbuh dewasa di Condet tersebut.
Bulus raksasa itu akhirnya dilepaskan kembali ke habitatnya. Selain untuk melestarikan kehidupannya, warga Condet juga khawatir akan kemungkinan buruk yang mungkin timbul karena mengandangkan satwa tersebut.
Meski demikian, kampanye untuk menjaga keanekaragaman hayati Ciliwung terus dijalankan. Komunitas Ciliwung Institute kemudian mengemas beragam kegiatan menarik untuk kampanye penyelamatan Ciliwung. Kampanye itu disuarakan dengan sederhana dan mudah diterima oleh berbagai kalangan.
Kreativitas
Berangkat dari permasalahan itu, staf pengajar Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara, Rujiyanto, menggunakan kreativitasnya untuk mendesain wujud maskot Ciliwung. Ia secara khusus menciptakan sebuah maskot senggawangan dengan karakter Betawi yang menjadi budaya asli warga di daerah aliran Sungai Ciliwung.
Menurut Yanto, demikian ia disapa, maskot bernama Senggawangan ini lahir dari gerakan sosial yang selama ini digagas oleh komunitas Ciliwung untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak akan keberadaan Ciliwung yang bersih, sehat, dan nyaman. Karena sasarannya adalah anak-anak, Yanto mengubah wujud asli bulus menjadi rupa lain dengan karakter-karakter yang disukai anak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.