Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KBN Cakung, Tenang tetapi Menghanyutkan

Kompas.com - 09/09/2013, 09:01 WIB
Direksi PT Kawasan Berikat Nusantara sempat bingung dengan datanya sendiri. Tahun ini, ada delapan investor memutuskan kontraknya dengan KBN, sementara empat investor lain mengurangi luasan usaha diikuti pengurangan jumlah pekerja. Akibatnya, sesuai laporan direksi KBN, ada 20.000 pekerja yang kehilangan lapangan kerja.

Pada rentang waktu yang sama, direksi KBN mencatat ada lima investor baru masuk dan delapan perusahaan menambah sewa lahannya. Direktur Operasi PT KBN Sudiro Agung bertanya-tanya, lalu memanggil Kepala Bagian Pemasaran PT KBN Henry Mauritz untuk menjelaskan data itu. Henry menyatakan KBN masih tetap diminati investor walau situasi ekonomi cenderung memburuk.

”Mereka masih memilih berinvestasi di sini karena ada sejumlah kemudahan. Selain akses, kami juga menyediakan layanan terpadu di satu kawasan,” kata Henry, Jumat (6/9), di Cakung, Jakarta Utara.

Apakah demikian yang sesungguhnya terjadi? Dilihat sepintas, informasi dari direksi PT KBN tidak ada salahnya. Aktivitas buruh masih hidup saat Kompas mengunjungi KBN, Jumat lalu. Pengusaha makanan di kawasan itu mengaku tidak mengalami dampak serius karena krisis ekonomi. Begitu pun dengan dampak kenaikan upah minimum Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 menjadi Rp 2,2 juta per bulan.

Ketua Human Resources Development (HRD) KBN Cakung Bambang Haryanto mengistilahkan situasi saat ini seperti air tenang, tetapi menghanyutkan. Ada persoalan besar yang bisa terjadi pada satu tahun mendatang jika tidak diantisipasi mulai saat ini. Informasi yang disampaikan direksi KBN tidak sepenuhnya salah, tetapi ada persoalan yang terjadi di lapangan yang belum mendapat penjelasan.

”Kelihatannya masih tenang, tetapi sebenarnya bisa menjadi mengkhawatirkan. Di lapangan, kami belum melihat tanda-tanda penambahan investor dan perluasan usaha seperti data
direksi KBN,” kata Bambang.

Tidak diperpanjang

KBN yang hampir semua investornya bergerak pada industri garmen memiliki karakter sendiri. Saat ini, mereka tak bisa berkutik pada situasi karena terikat kontrak bisnis satu sampai dua tahun lalu. Pengusaha garmen yang umumnya investor asing itu memilih tak memperpanjang kontrak kerja para buruh. Catatan forum komunikasi HRD KBN Cakung, fenomena ini terjadi sejak Maret 2013.

”Data sementara kami, sudah ada 30.000 buruh yang tidak kami perpanjang kontraknya. Cara ini kami lakukan untuk mengurangi beban usaha karena dampak kenaikan upah,” kata Bambang.

Langkah tersebut, menurut dia, cukup efektif membantu pengusaha karena tidak dapat menaikkan nilai produknya sebab harus mengacu pada kontrak bisnis sebelumnya.

Mengapa tidak memutuskan hengkang ke tempat lain? Menurut Bambang, langkah itu untuk sementara belum bisa dilakukan dengan cepat. Selain terikat kontrak bisnis, mereka juga masih harus menyelesaikan produksi sesuai dengan kontrak. Pemindahan investasi ke tempat lain paling tidak membutuhkan waktu 12 bulan.

Waktu ini diperlukan untuk menyelesaikan nilai kontrak, survei tempat baru, dan pengurusan administrasi di KBN. ”Kami terus memantau situasi yang berkembang. Saya kira dampak serius akan terjadi satu tahun lagi,” kata Bambang.

Pada saat situasi investasi di Cakung diliputi kegalauan, muncul tempat-tempat baru yang menjadi pesaing Indonesia. Beberapa negara menawarkan tempat investasi dengan sarana yang tidak jauh berbeda, yakni Myanmar dan Kamboja. ”Kenaikan upah di sana tidak secepat di Jakarta. Ini yang perlu dipikirkan juga,” katanya.

Hampir semua perusahaan garmen di Cakung mengajukan penangguhan UMP tahun 2013. Mereka mengajukan penawaran beragam, sebagian besar mengacu pada kebutuhan hidup layak Rp 1,9 juta per bulan. Lantas, bagaimana dengan tuntutan buruh yang mengusulkan kenaikan UMP 2014 menjadi Rp 3,7 juta per bulan?

Bambang yakin situasinya makin sulit. Investasi di KBN Cakung bisa kalah bersaing dengan tempat lain. ”Tetapi, lebih baik dibicarakan terbuka, apa yang sebaiknya diputuskan bersama bagi buruh dan pengusaha,” kata Bambang.

Subsidi silang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror 'Debt Collector'

Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror "Debt Collector"

Megapolitan
3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas 'One Stop Service' untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas "One Stop Service" untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Megapolitan
“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar'

“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar"

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com