Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Gagalnya Rencana Pembunuhan Holly

Kompas.com - 16/10/2013, 23:04 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh jua. Peribahasa inilah yang bisa menggambarkan gagalnya upaya para pelaku menutupi aksi mereka seusai membunuh Holly di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan. 

Meski skenario telah disiapkan jauh-jauh hari, tetapi selalu ada celah yang justru bisa mencium aksi mereka. Telepon ibu angkat Holly beberapa saat sebelum aksi pembunuhan tersebut terjadi merekam peristiwa adanya sesuatu yang tak beres di kediaman Holly. Inilah yang kemudian membuyarkan skenario para pelaku pembunuhan.      

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto membeberkan peristiwa tersebut di Mapolda Metro Jaya, Rabu (16/10/2013).

Sebelum memasuki kamarnya, terang Rikwanto, Holly mendapat telepon dari ibu angkatnya. Ia berbicara melalui telepon sembari masuk ke dalam kamar. Saat kondisi itulah Holly langsung disergap oleh dua orang pelaku yang sudah menunggunya di dalam kamar.

"Jadi, apa yang terjadi di sana (kamar apartemen) terdengar oleh ibunya, termasuk suara teriakan Holly," kata Rikwanto.

Mendengar adanya ancaman melalui telepon terhadap anak angkatnya, ibu angkat Holly langsung menelepon tiga orang teman Holly untuk memastikan keadaan anak angkatnya di apartemen. Setelah 45 menit, atau sekitar pukul 23.15, tiga orang teman Holly, yakni Hasan, Inal, dan Sulaiman, tiba di apartemen dan mengajak petugas keamanan untuk mengecek ruangan Holly.

Sesampainya di lantai sembilan, lanjut Rikwanto, mereka mendapati pintu kamar Holly dalam keadaan terkunci. Dibantu tetangga Holly, mereka pun mendobrak pintu kamarnya. Mendengar suara ketukan pintu, dua orang pelaku langsung melarikan diri melewati balkon. Mereka turun ke kamar yang berada di bawahnya dengan bergelantungan menggunakan sebuah handuk yang telah diikat. Satu orang pelaku, R, berhasil melarikan diri, sementara pelaku lainnya, EL, tewas terjatuh dari balkon saat mencoba turun ke lantai delapan.

"R berada di lantai delapan sampai sore keesokan harinya. Lalu ia keluar dengan cara mendobrak pintu kamar," jelas Rikwanto.

Sementara itu, teman Holly yang datang sudah mendapatkan Holly dalam keadaan telungkup, serta tangan dan kaki yang terikat kabel charger telepon seluler. Tubuh Holly juga sudah bersimpah darah. Saat ditemukan, Holly masih dapat bernapas dan langsung dilarikan ke rumah sakit, lalu tewas ketika dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.

Lebih jauh Rikwanto menjelaskan, para pelaku sudah merencanakan aksi pembunuhan Holly  sejak awal bulan Agustus 2013. Untuk memuluskan rencananya, mereka bahkan menyewa sebuah kamar di lantai 6 di gedung apartemen yang sama dengan Holly. 

Sebelum tewas, Holly sempat dijemput untuk bermain ke rumah ibu angkatnya di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, pada Senin (30/9/2013) pukul 15.00. Setelah itu, pada pukul 21.15, Holly pulang ke apartemennya dengan menggunakan sebuah taksi. Aktivitas Holly inilah yang dipantau P untuk kemudian dilaporkan kepada dua rekan lainnya, R dan EL, yang sudah masuk ke dalam kamar Holly dengan menggunakan kunci yang sudah digandakan oleh tersangka lainnya, S.

"Yang memantau pergerakan Holly, P. Dia juga memantau Holly di Cibubur. Ketika Holly bergerak, ia memberitahukan kepada teman lainnya," ujar Rikwanto.

P, yang saat ini masih buron, sempat berada satu lift dengan Holly ketika hendak menuju ke  kamarnya di lantai 9. Holly tiba di apartemennya sekitar pukul 22.30. 

Dua orang pelaku, yakni S dan AL, sudah ditangkap polisi di dua lokasi berbeda di Karawang dan Bojong Gede, Depok, Jawa Barat. Sementara dua lainnya, R dan P, masih dalam pengejaran polisi, dan satu pelaku, EL, tewas terjatuh.

"Rencananya jasad Holly dimasukkan ke dalam peti, lalu dikasih kopi biar tak bau, dan dibuang di laut seputar Banten," kata Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Herry Heriawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com