Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Keganjilan di BAP dan Dakwaan Pembunuhan Cipulir

Kompas.com - 26/10/2013, 08:42 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak keganjilan dalam perkara pidana pembunuhan seorang pengamen Cipulir bernama Dicky Maulana (18) yang menyeret enam orang sebagai pesakitan. Beragam keganjilan itu satu per satu muncul di persidangan.

Kasus ini mencuat sebagai perkara dengan dugaan salah tangkap oleh kepolisian terhadap F (13), APS (14), FP (16), BF (17), AS (18) dan NP (23). Meski polisi membantah ada salah tangkap, dakwaan yang diajukan jaksa penuntut umum pun menuangkan fakta-fakta tak logis dari perkara ini.

Keganjilan sudah dimulai dari urusan redaksional dan kronologis. Pada paragraf pertama surat dakwaan yang dibacakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (24/10/2013), tertulis bahwa keenam terdakwa membunuh Dicky di Kolong jembatan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Minggu (30/6/2013) pukul 08.00 WIB.

Namun dalam lembar dakwaan yang sama, yang sumbernya adalah berita acara pemeriksaan (BAP) dari kepolisian, tertera pada paragraf ketiga bahwa sekitar pukul 08.00 WIB terdakwa berinisial AS beserta istrinya berinisial OO bersama APS, F, dan NP berangkat dari Stasiun Parung Bingung, Bogor.

Diterangkan kelima terdakwa tiba di Stasiun Kebayoran Lama pada pukul 09.30 WIB. Stasiun itu berjarak antara 3 sampai 5 kilometer dari Pasar Cipulir. Disebutkan bahwa Dicky dihabisi para terdakwa karena masuk ke "wilayah" para terdakwa tanpa meminta izin kepada NP dan AS yang dituakan di sana.

Keterangan polisi

Setelah dakwaan yang janggal itu, keterangan dua polisi yang dihadirkan sebagai saksi persidangan pada hari itu pun kembali memunculkan keganjilan. Keterangan dari dua polisi anggota Polsek Metro Kebayoran Lama itu, Yudi Pendy dan Dwi Kustianto, berbeda dan tak sinkron.

Yudi menyatakan pada hari jasad Dicky ditemukan di kolong jembatan, dia tiba di lokasi penemuan sekitar pukul 13.00 WIB. Yudi mengaku tak melihat ada bercak darah di tubuh Dicky dan tak melihat ada sebilah golok di lokasi kejadian. Suasana di sekitar lokasi pun menurut dia, sepi.

Sementara Dwi juga menyatakan dia tiba sekitar pukul 13.00 WIB. Namun, Dwi mengaku melihat ada bercak darah di tubuh Dicky sekaligus melihat golok yang penuh bercak darah. Situasi saat itu, berbeda dengan keterangan Yudi, menurut Dwi sedang ramai.

"Di BAP tertulis tahu ada tusukan dan sayatan di baju (korban) yang kelihatan. Tapi tadi masa enggak bisa lihat kondisi dan baju korban?" tanya salah satu pengacara terdakwa, Johannes Gea kepada Yudi Pendy dalam persidangan.

Gea juga mempertanyakan keterangan Yudi yang mengatakan jasad Dicky ditarik ke permukaan tanah setelah ditemukan mengambang di air. Dalam BAP, kata Gea, sama sekali tak ada keterangan mayat ditemukan mengambang di arus Sungai Pesanggrahan.

Sedangkan kepada Dwi, Gea mempertanyakan keterangan soal keberadaan balok kayu di lokasi kejadian. "Di BAP berkata ada kayu, sekarang cuma bilang hanya golok?" tanya Gea kepada Dwi.

Berdasarkan beragam kejanggalan yang muncul di persidangan, Gea meminta kepada majelis hakim untuk tak mempertimbangkan isi BAP yang kebenarannya diragukan itu. "Kesaksian ngaco. Ketidaksesuaian itu menyatakan bahwa BAP itu BAP palsu," ujar Gea.

Langsung Dibawa Ke Mapolda Metro Jaya

Dalam persidangan pula, Dwi mengatakan dia bersama timnya datang sekitar pukul 13.00 WIB. Ketika ditemukan, Dicky sudah tewas dengan luka di bagian rusuk kiri, pelipis, leher, dan gores di pipi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com