Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Romantisme di Tanggul Kanal Banjir Timur

Kompas.com - 02/11/2013, 15:24 WIB

”Mau ke mana lagi. Di sini enak, banyak jajanan murah meriah buat anak-anak. Yang pasti dekat rumah,” ujar Andri, warga di permukiman padat yang datang bersama dua anaknya yang masih sekolah dasar. Sementara ayah dan ibu duduk di rerumputan, anak-anak mereka berlarian dengan ceria.

Butuh bercengkrama

Bagi banyak warga, kehadiran ruang terbuka hijau seperti di pinggiran BKT atau di banyak kawasan perumahan memang menjadi oase untuk sejenak menghapus kepenatan dan kesumpekan.

Koko, misalnya, mengayakan, tempat nongkrong di pinggir KBT mengasyikkan. Sebelumnya, ia bingung mencari tempat yang nyaman dan gratis untuk bercengkerama dengan teman. ”Sejak ada KBT, kami punya tempat nongkrong. Pas karena dekat dengan kantor. Cukup beli kopi Rp 4.000 bisa duduk sepuasnya di tikar milik pedagang,” ucapnya.

Bagi Joni, nongkrong atau kongko-kongko itu adalah kebutuhan. Manfaatnya adalah menyegarkan pikiran. "Pusing mikir kerjaan terus. Apalagi banyak masalah di apartemen, masalah parkiran, ruwet,” katanya.

Bahkan, di jantung kota, seperti di seputaran Bulungan, Blok M, yang dikelilingi mal-mal berpenyejuk ruangan, ruangan kosong pinggir jalan tetap menjadi idola. Orang tidak sekadar makan. Mereka mencari suasana berbeda.

Para penjual gulai daging berikut jeroan yang populer dengan nama ”gultik” (gulai tikungan) berjejer menempati sedikit lahan kosong pinggir jalan.

Orang-orang dari berbagai kalangan—mereka yang bermobil, naik sepeda motor, atau bahkan hanya berjalan kaki—nyaris setiap hari mengunjungi tempat yang menjadi semacam tetirah melepas lelah itu. Sebagian di antara mereka datang berpasang-pasangan, bahkan ketika hari cenderung tidak memungkinkan, seperti Selasa lalu seusai hujan lebat disertai angin kencang.

”Paling ramai ya setiap malam Minggu," kata Angga (17), tukang parkir di kawasan itu. Ia dan rekan-rekannya bahkan sampai bosan melihat banyaknya pengunjung yang datang untuk berpacaran. ”Kadang-kadang kita diamkan, tapi agak risi juga melihatnya,” ujar Angga yang bernama asli Ayub.

Satu porsi gulai Rp 8.000 plus teh dalam botol Rp 3.000, sangat terjangkau. Sebagian penikmat gulai itu bisa saja membeli makanan yang lebih mahal di restoran mewah tidak jauh dari sana. Namun, masak ya setiap hari?

Apalagi, tempat nongkrong pinggir jalan itu menawarkan suasana berbeda. (Eko Warjono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com