Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh: UMP Rp 3,7 Juta Harga Mati!

Kompas.com - 06/11/2013, 13:57 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ratusan buruh kembali mengepung Balaikota DKI. Mereka kembali menuntut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk dapat merealisasikan tuntutan mereka dengan meningkatkan upah minimum provinsi (UMP) DKI 2014 menjadi Rp 3,7 juta.

Sekretaris Jenderal Forum Buruh DKI Jakarta Muhammad Toha mengatakan, tuntutan mereka tetap sama, yaitu Rp 3,7 juta. "UMP Rp 3,7 juta harga mati. Kami menolak keras karena Jokowi memutuskan secara sepihak," kata Toha dalam orasinya,\ di halaman Balaikota Jakarta, Rabu (6/11/2013).

Menurut dia, keputusan Gubernur Jokowi menetapkan UMP DKI 2014 senilai Rp 2,441 juta telah mengecewakan semua buruh yang ada di Jakarta dan Indonesia. Hingga hari ini, sebenarnya ia tidak memercayai Jokowi telah menandatangani surat keputusan (SK) Gubernur tersebut. Sebab, pihak buruh tidak pernah diperlihatkan SK Gubernur itu.

Toha meyakini Jokowi sengaja mengambil sikap menyetujui UMP DKI Rp 2,4 juta untuk mengetahui kesungguhan para buruh meminta peningkatan UMP. Apabila bersungguh-sungguh dalam meminta UMP itu, ia percaya Jokowi akan mengabulkan permintaannya bersama teman-temannya.

Nilai UMP yang telah ditetapkan ini, menurut Toha, adalah sebuah bukti kalau Jokowi lebih berpihak kepada pengusaha daripada buruh. Angka itu tidak rasional karena hanya meningkat sekitar 9 persen. Sementara inflasi dan tarif BBM juga terus meningkat.

"Jokowi ini cuma menyejahterakan pengusaha. Mungkin kemarin, pengusaha silaturahim ke Jokowi, jadi Jokowi juga susah menolak kalau UMP-nya Rp 2,4 juta. Ini cuma bikin tambah sejahtera dan tambah gendut para pengusaha," kata Toha.

Demo yang diikuti oleh berbagai serikat buruh itu hingga pukul 13.30 masih berlangsung. Para buruh itu masih menyerukan orasi mereka dan sesekali bergoyang dangdut. Mereka rencananya akan terus melakukan aksi hingga tiga hari ke depan.

Sebagian buruh kini ada pula yang melakukan aksi di depan Gedung DPRD DKI, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Akibat aksi itu, arus lalu lintas sepanjang Jalan Kebon Sirih menjadi terhambat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com