Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memutus Rantai Kekerasan Antarwarga

Kompas.com - 21/11/2013, 06:51 WIB

Tawuran antarpelajar atau warga sangat terkait dengan relasi sosial dalam komunitas. Pada dasarnya, setiap individu baik. Namun, ketika memasuki suatu komunitas, individu tersebut bisa berubah menjadi brutal.

”Proses perubahan atau transformasi itulah fase paling penting. Dulu aparat dibuat sedemikian agar menakutkan warga. Namun, sekarang negara tidak bisa lagi hadir seperti itu. Negara diminta memiliki pendekatan yang lebih pedagogis, yaitu politik kewargaan, seperti membentuk paguyuban,” kata Robet.

Menurut Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, tawuran sebagai wujud kekerasan antarpelajar ataupun remaja telah hadir sebagai fenomena sosial yang terus hidup di kalangan remaja di Jakarta dan sekitarnya. Trennya pun terus meningkat sehingga memberikan indikasi bahwa anak masih sangat rentan terhadap kekerasan.

Hal ini juga mengindikasikan bahwa lingkungan tempat tumbuh kembangnya anak malah subur dengan kekerasan. Padahal, semestinya lingkungan terdekat anak bisa menjadi benteng perlindungan bagi anak.

”Keluarga atau orangtua dan juga, yang oleh Undang-Undang Perlindungan Anak adalah pilar pelindung anak, ternyata gagal memberikan perlindungan bagi anak,” ucap Arist saat menyampaikan catatan kritis Komnas PA pada Hari Anak Universal 2013 di kantor Komnas PA, Jakarta Timur.

Untuk mengatasinya, menurut Arist, pemerintah harus segera meningkatkan peran serta masyarakat mewujudkan negara yang ramah anak dan anak bebas dari kekerasan. Selain itu, aparat penegak hukum juga agar lebih proaktif menyelesaikan masalah anak secara cepat dan arif dengan selalu mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak.

Ketua Harian Satgas Pelajar Kota Bogor Muhammad Iqbal mengatakan, keluarga dan sekolah amat berperan dalam mencegah tawuran dengan tidak memberi ruang munculnya permusuhan.

Siswa harus dibuat betah dan senang berada di keluarga dan sekolah. Di sekolah beberapa langkah yang coba dilakukan, antara lain, menghapuskan perpeloncoan serta memberikan siswa lebih banyak kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, musik, dan seni.

Untuk mengikis permusuhan, antar-SLTA perlu terus dipertemukan dalam kegiatan rutin yang positif, seperti pentas musik, seni, dan budaya serta kompetisi olahraga, terutama futsal dan basket yang amat digandrungi siswa. Iqbal memahami, mempertemukan sejumlah sekolah juga berisiko tinggi, yakni menciptakan peluang terjadi bentrokan. ”Namun, saya rasa, risiko harus diambil dan bisa diantisipasi karena ada nilai yang lebih penting untuk para siswa pahami, yakni sportivitas dan kebersamaan,” katanya.

Sejauh ini, belum ada catatan terjadi bentrokan antarsiswa saat kegiatan rutin yang positif. Siswa ternyata bisa diarahkan untuk tidak tawuran. Namun, saat tidak berkegiatan, sepulang sekolah, siswa berkelompok dan bertemu kelompok siswa lain di jalan raya, entah mengapa kemudian berlanjut menjadi tawuran. “Harus ada pelampiasan positif yang membuat siswa tidak berkeliaran di jalan,” katanya.

Di Johar Baru, beberapa kelompok pemuda pun tengah berupaya keras memutus rantai konflik di lingkungan mereka. Semoga saja upaya seperti ini ada hasilnya. (BRO/JOS/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com