Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/12/2013, 06:13 WIB

Ketika itu, tidak satu pun pintu terbuka. Hanya ada jendela kaca yang terbuka di bagian tengah dan belakang kereta. Setelah keluar dari kereta maut tersebut, Ratna menyadari bahwa tangannya melepuh karena menyentuh benda panas.

Korban lainnya Eka (25), penumpang kereta dari Stasiun Sudimara. Berbeda dengan Ratna, Eka memanfaatkan pintu yang terbuka setelah terjadi benturan keras.

Tidak terbayang, perempuan ini melompat dari badan kereta ke lintasan rel berbatu setinggi 1,5 meter. Pikirannya hanya ingin menyelamatkan diri.

Peristiwa naas tersebut menyisakan trauma. Selain luka-luka fisik, hampir semua korban mengalami trauma psikis. Direktur Rumah Sakit Dr Suyoto, Jakarta Selatan, Kolonel Kesehatan Budi Satriyo meminta bantuan psikolog untuk memulihkan kondisi korban. ”Mereka mengalami trauma inhalasi sehingga perlu bantuan psikolog dan oksigen,” kata Budi.

Sementara sebagian besar korban terluka karena benturan benda keras dan luka bakar. Korban dengan luka bakar lebih dari 30 persen dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki sarana pemulihan korban kebakaran. Paling tidak ada 80 korban kecelakaan kereta yang dibawa ke RS Suyoto, 2 di antaranya meninggal dunia, dan 15 korban dirujuk ke rumah sakit lain.

Rumah sakit ini menjadi pos penanganan awal korban kecelakaan karena berada kurang dari 2 kilometer dari lokasi kejadian. Puluhan orang mendatangi Rumah Sakit Dr Suyoto untuk memastikan nasib sanak saudaranya. Sebagian orang enggan dimintai keterangan seraya menjauh dari papan pengumuman dengan isak tangis.

Menghadapi korban trauma membutuhkan kesabaran tersendiri. Sugeng, misalnya, kemarin terus membujuk salah satu korban kecelakaan, Rasikem, yang tengah hamil agar mau dievakuasi ke rumah sakit.

Berkali-kali petugas dan guru turut membujuknya agar mau mendapatkan perawatan lebih lanjut. Namun, Rasikem tak mau karena masih menunggu suaminya datang.

Seorang guru perempuan pun mendekat membawa semangkuk soto dan sepiring nasi.

”Mbak, makan saja dulu. Biar tidak lemah, kasihan bayinya. Apakah mau saya suapin?” kata guru tersebut.

”Biar saya makan sendiri saja, Bu,” sahut Rasikem yang lantas menyendok makanan itu. Setelah korban makan, beberapa guru dan petugas kesehatan kembali membujuk perempuan tersebut sehingga akhirnya mau dievakuasi ke rumah sakit dengan ambulans.

”Dia awalnya tidak mau dibawa ke rumah sakit. Tadi, katanya, mau menunggu suaminya dulu. Kami takutnya ada apa-apa,” kata Sugeng.

Ada puluhan korban luka yang dibawa ke SDN 011 itu. ”Yang lukanya agak berat langsung dibawa ke rumah sakit. Sementara yang tersisa di sini yang belum mau dievakuasi. Mereka katanya menunggu dijemput keluarga,” kata Sugeng.

Ningsih (50), salah seorang penumpang yang memilih bertahan di SDN 011, mengatakan, ia naik dari Stasiun Sudimara hendak ke Palmerah, ke tempat saudaranya. ”Tiba-tiba, terdengar suara benturan keras dan kereta terguling. Kami semua terjatuh,” kata Ningsih yang berada di gerbong pertama.

Menurut Ningsih, penumpang bisa selamat karena ada sejumlah warga setempat yang berusaha memecahkan kaca kereta dari luar gerbong.

”Ada bapak-bapak pakai sarung memecahkan kaca pakai batu. Setelah kaca pecah, kami bisa keluar,” ujar Ningsih.

Ningsih bersyukur karena ada warga yang mau menolong meski waktu itu api sudah begitu besar dengan asap yang membubung tinggi. ”Kalau tidak ada yang mecahin kaca, mungkin korban lebih banyak,” ujarnya.

Api membesar karena bahan bakar yang tumpah dari tangki truk yang tertabrak kereta. Bahkan, saat hujan turun dengan deras, api tetap terlihat menyala. Di tengah guyuran hujan, petugas berusaha mengevakuasi korban meninggal yang masih terjebak di kereta. Baru sekitar pukul 13.30, api dapat dipadamkan. Akhirnya sekitar pukul 15.45, petugas berhasil mengangkat korban terakhir. Baju basah kuyup dan lelah, tetapi kelegaan tampak di mata petugas. (RAY/NDY/JOS/NEL/MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com