Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Pintu Tol Dibuka Kembali

Kompas.com - 24/12/2013, 07:50 WIB

Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit menilai, penutupan empat pintu Tol Dalam Kota berdampak positif. Syaratnya, dibarengi beragam kebijakan pro-transportasi publik lainnya.

Menurut Danang, saat penutupan pintu tol, kecepatan kendaraan di jalan tol meningkat menjadi 25-30 kilometer per jam per mobil. Hal itu membuat semakin banyak mobil masuk tol. ”Sebelumnya, kendaraan hanya mampu melaju 15-20 kilometer per jam. Akibatnya, mobil yang masuk tol lebih sedikit,” katanya.

MTI sejauh ini belum melihat penutupan empat pintu tol bermotif kepentingan ekonomi tertentu. Belum efektifnya penutupan pintu tol akibat tidak diimbangi penerapan kebijakan pro-transportasi publik lainnya.

Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan adalah promosi penggunaan tiket tol elektronik. Tol elektronik bisa mempersingkat waktu keluar masuk tol menjadi hanya 2-3 detik. Waktu itu jauh lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan karcis tol konvensional yang menghabiskan waktu 5-6 detik di pintu tol.

Ketua Bidang Komunikasi Publik MTI Milatia Kusuma tetap berpendapat penambahan armada bus harus jadi prioritas. Ia melihat, belum efektifnya penutupan pintu tol dipicu kebingungan masyarakat menemukan transportasi publik ideal.

”Keberadaan bus nyaman dan aman belum dirasakan masyarakat. Mereka pilih macet ketimbang harus menunggu lama dan berdesakan di dalam bus,” kata Milatia.

Pengamat transportasi dari UI, Alvinsyah, menilai, sah-sah saja jika uji coba itu dihentikan jika memang dampak negatifnya lebih besar daripada sisi positifnya. Hanya saja, ke depan, kepolisian dan Jasa Marga harus lebih komprehensif dalam melakukan perencanaan sehingga kebijakan bisa bertahan lama.

”Pola penutupan ini di satu koridor. Dampak yang kita lihat satu wilayah, analisisnya satu wilayah. Ini seperti arus air, dibendung satu titik, mencari jalan di tempat lain. Kita tidak tahu proses perencanaannya seperti apa, apakah sudah ada antisipasi titik-titik gelembung akibat kebijakan ini,” kata Alvinsyah.

Menurut Alvinsyah, seperti kebijakan three in one, pengendara akan mengubah pola dengan menghindarinya. ”Ada yang mengubah rute, ada yang mengubah jam. Harapannya, pola berubah ke transportasi umum, tetapi angkutan umum belum memadai,” ujarnya.

Ia menambahkan, rekayasa-rekayasa lalu lintas di Jakarta hanya bisa dilakukan sebagai solusi jangka pendek mengatasi kemacetan. Ibaratnya hanya obat sementara, selama permasalahan utama tidak diatasi. (FRO/CHE/RTS/RAY/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com