Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sidik Operator Rumah Pompa

Kompas.com - 25/01/2014, 16:14 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sidik (44), salah satu petugas operator rumah pompa Waduk Pluit, mengaku sedikit lega setelah ketinggian air di Waduk Pluit minus 155 cm. Ia sempat khawatir pada Sabtu lalu ketika ketinggian air mencapai plus 155 cm.

Saat itu, 12 petugas pompa berjaga di gedung pompa secara bergantian untuk menjaga dan mengoperasikan mesin pompa. Pada hari biasa, ada dua shift, masing-masing enam orang.

"Kalau pas malam jaganya kita bagi per 3 jam, satu shift yang ada enam orang itu kita bagi dua lagi. Saat ketinggian air mencapai plus 155 cm, daerah sekitar Muara Baru digenangi air sekitar 1 meter. Ini membuat para petugas pompa yang juga tinggal di sekitar Muara Baru mengungsi dan mengajak keluarganya ke gedung pompa."

"Pas kebanjiran, anak sama istri semua dibawa ke gedung pompa, biar ngumpul bareng saling bantu juga, soalnya kan harus kerja ekstra," ujarnya.

Bapak dari empat anak tersebut menuturkan, sejak bekerja pada tahun 1998, ia mengaku tidak pernah menemukan kesulitan mengoperasikan pompa air. Pasalnya, saat bekerja, dia memperoleh petunjuk standar operasi prodesur. Hanya, lanjutnya, ia mengaku kesulitan dalam merawat mesin pompa.

"Ya namanya juga dipake terus, otomatis perawatan harus maksimal," tuturnya.

Ia mengaku rela mengurangi jam tidurnya untuk membantu warga sekitar agar tidak kebanjiran. "Ya namanya kerja kan ibadah. Lagian kalau banjir kita sendiri juga repot angkat-angkat barang," ujarnya sambil tersenyum.

Lelaki asal Brebes, Jawa Tengah, tersebut datang ke Jakarta sekitar tahun 1990. Lulusan Sekolah Menengah Pelayaran Tegal tersebut awalnya bekerja di sebuah perusahaan pelelangan ikan di Muara Baru.

Tak lama, ia pun pindah lantaran ia menilai gaji dan beban pekerjaan yang diemban tidak sebanding. "Kebetulan ada yang mencari petugas di rumah pompa. Tanpa pikir panjang, saya langsung mau aja," tuturnya.

Ia menceritakan, awalnya ia memperoleh gaji Rp 350.000 per bulan. Setahun setelahnya ia langsung diangkat menjadi pegawai tetap DPU DKI Jakarta. Saat ini, ia mengaku memperoleh gaji Rp 5.500.000.

"Alhamdulillah namanya juga rezeki anak-anak," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com