Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Hambalang Mangkrak, Besi dan Pipanya Dijarah Pencuri

Kompas.com - 06/02/2014, 14:07 WIB

BOGOR, KOMPAS.com — Sejak pembangunan proyek Wisma Atlet Hambalang dihentikan, kondisi bangunan senilai triliunan rupiah itu mangkrak. Konstruksi bangunan pun berlumut dan berantakan. Ironisnya, berton-ton besi baja dan ratusan batang pipa yang terdapat di lokasi proyek itu raib dijarah pencuri.

Rusli (32), seorang penjaga Kompleks Wisma Atlet Hambalang, mengakui bahwa banyak aset proyek Hambalang seperti besi, pipa, dan keran air sudah tidak ada lagi di tempatnya. Penjaga pun enggan menjaga gudang karena barang-barang tersebut sudah habis disikat pencuri.

"Percuma dijaga karena barang-barangnya sudah tidak ada lagi," kata Rusli (32), seorang penjaga Kompleks Wisma Atlet Hambalang, seperti dikutip Warta Kota.

Menurutnya, bangunan yang sudah tidak dijaga lagi adalah bangunan di pos delapan. Di sana ada bangunan untuk penampungan air, di mana banyak pipa besar yang habis dijarah pencuri.

Setali tiga uang dengan bangunan di tempat latihan angkat besi, tak ada penjaga di sana. Awalnya, penjagaan dilakukan karena banyak besi proyek. Namun, karena sebagian besar sudah hilang dicuri, tempat itu tidak dijaga lagi. Barang-barang yang masih tersisa dibawa ke gudang di pos tiga.

Rusli menyebutkan, penjagaan dilakukan di pos satu, empat, lima, dan enam. Setiap pos ditempatkan satu petugas. Pada malam hari, ada tambahan penjaga dari Polsek Citeureup. Jumlahnya dua personel. "Sampai sekarang kami belum menangkap satu pun pencurinya," kata Rusli. Menurut Rusli, sebulan lalu ada pencurian besi, tetapi pelakunya tidak diketahui. Pencuri mengambil besi-besi besar dengan cara menggergajinya.

"Kami tahu kalau ada bangunan yang baru digergaji. Kelihatan kan kalau baru atau sudah lama," kata Rusli.

Ada delapan bangunan Wisma Atlet Hambalang yang rusak parah. Bangunan yang rusak parah berada di bagian tengah. Bangunan ini akan dipakai untuk wisma atlet pelajar. Bangunan besar ini terdiri atas empat lantai.

Masih ada besi siap dicor di lantai lima, tetapi seluruh tembok bangunan sudah berlumut. Di beberapa bagian ada tembok yang sudah roboh. Di sekeliling bangunan juga ditumbuhi rumput ilalang. Tinggi rumput ada yang lebih dari orang dewasa. Kondisi bangunan di bagian paling bawah juga tak kalah berantakan.

Ada tiga bangunan di sana yang rencananya akan dipakai untuk wisma atlet senior. Ketiga bangunan itu sudah beratap, dan masing-masing terdiri dari lima lantai. Namun, satu bangunan itu ada yang sudah roboh. Besi-besi tampak bengkok akibat menahan dinding yang roboh. Masih terlihat pula dinding menggelayut tertahan besi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com