Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trotoar di Jalan Nasional Tak Bermulut Air, Jokowi Disalahkan Lagi...

Kompas.com - 25/02/2014, 07:39 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekilas, tidak ada yang berbeda dengan trotoar selebar dua meter di sepanjang Jalan Letjen S Parman, Grogol, Jakarta Barat. Batu merah berpadu abu-abu menjadi warna dasar trotoar itu.

Di antara badan trotoar dan jalan, ada pula ruang terbuka hijau selebar satu meter, yang berpagar. Namun, trotoar ini diduga merupakan penyebab genangan air yang kerap memutus arus lalu lintas di ruas Jalan S Parman setiap kali hujan turun.

"Trotoarnya cantik kan kalau dilihat? Itu memang program 'beautifikasi' (mempercantik) trotoar. Rupanya ada fungsi selain estetika yang tidak diperhatikan. Fungsi saluran airnya tak ada," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan, di lokasi trotoar itu, Senin (24/2/2014) siang.

Di sepanjang trotoar yang rapi dan enak dilihat itu ternyata tak ada mulut air untuk mengalirkan air dari badan jalan ke saluran air di bawah trotoar. Menurut Rudy, trotoar itu adalah milik Kementerian Pekerjaan Umum.

Rudy menyebutkan, di DKI Jakarta ada 40 jalan yang menjadi wewenang Kementerian Pekerjaan Umum, berikut trotoar di sisi jalan tersebut. Dari jumlah itu, sebut dia, 30 hingga 40 persen di antaranya tidak layak. Tidak ada mulut air, seperti halnya kasus di Jalan S Parman. Kondisi itu antara lain terjadi juga di Jalan Rasuna Said, Jalan Gatot Subroto, Jalan MT Haryono, Jalan Arteri Pondok Indah, dan Jalan DI Panjaitan.

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Rudy mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk beberapa lokasi trotoar bermasalah itu, kata Rudy, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta membuat mulut air untuk mengantisipasi genangan air saat hujan turun.

Tidak percaya

Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Bidang Jalan Wilayah Jakarta Barat Siska Hermawati bertutur soal koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Dia mengatakan, informasi tentang trotoar tanpa mulut air tersebut disampaikan lewat surat, telepon, dan tatap muka.

"(Reaksi pertama), mereka bengong, nanya, masak sih enggak ada mulut airnya. Harusnya ada. Saya bilang benar kok. Kalau enggak percaya, ayo ikut ke lapangan," ujar Siska. Dia mengaku tak mau memperumit persoalan dengan menelisik penyebab trotoar tak menyediakan jalan untuk air mengalir ke saluran di bawah trotoar. Siska memilih untuk langsung bekerja membuat mulut air.

Trotoar yang butuh mulut air untuk mengantisipasi genangan air itu sudah ditandai. Pembuatan mulut air itu menggunakan dana dari APBD 2014 DKI Jakarta dari pos anggaran sewaktu-waktu. Pembuatan mulut air akan dimulai pekan ini dengan target rampung pada Maret 2014.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengaku sering mendapat aduan masyarakat soal genangan air setiap kali hujan turun ini. Meskipun masalah trotoar tanpa mulut air ini bukan satu-satunya penyebab genangan, Jokowi menyatakan tetap bakal ikut bertanggung jawab mengatasi persoalan itu.

"Sudah saya perintahkan Dinas PU untuk kerjain (mulut air di trotoar itu). Pekerjaan ini kan memang pekerjaan lapangan, jadi harus dicek, harus detail. Kalau ndak dilihat betul, ya enggak akan mengerti lapangan," tegas Jokowi.

"Sekarang kan masyarakat enggak mau tahu, pokoknya banjir, Jokowi saja. Siapa yang anu (salah), saya yang dimarah-marahi. Ya itu kan memang tugas kami. Jadi dikerjakan sajalah," lanjutnya.

Enggan berpolemik

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum Danis H Soemadilaga bersikukuh mengatakan tak mungkin trotoar milik Kementerian Pekerjaan Umum tak memiliki mulut air. Sebab, kata dia, pembangunan trotoar memiliki standar yang harus dimiliki.

Namun, Danis mengatakan pula bahwa bukan berarti tidak mungkin terjadi ada trotoar tanpa mulut air. Dia pun menolak berkomentar lebih lanjut. "Saya tidak ingin jadi polemik," ujarnya.

Danis juga mengatakan, genangan yang terjadi di sejumlah ruas jalan bukan hanya lantaran tidak ada mulut air di trotoar. Penyebab genangan, sebut dia, bisa juga dari limpasan air sungai atau intensitas hujan yang tinggi. "Genangan itu bisa saja di jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten. Jadi lebih baik jangan saling mengomentarilah. Kita kerjakan saja bersama-sama."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com