"Jakarta tidak boleh menjadi magnet tunggal. Bandung, Lombok, Banyuwangi juga harus jadi magnet. Kalau anak muda pulang ke daerah dan membangun daerahnya, Insya Allah magnet itu tersebar di seluruh Nusantara," kata Bima dalam acara "Reformasi Hibrida Reformis Horizontal" di Gedung Djakarta Theatre, Jakarta, Sabtu (1/3/2014).
Bima lalu menceritakan motivasinya maju dalam pemilihan Wali Kota Bogor pada 2013. Ia mengaku, semua itu berawal dari kegelisahannya saat melihat kemacetan, buruknya pengelolaan sampah, pembangunan yang tidak sesuai aturan, menjamurnya permukiman kumuh di bantaran sungai, serta tingginya angka tawuran, yang terjadi di tempat kelahirannya itu.
Selain itu, kata Bima, konsep pemikiran sosiolog Antony Giddens tentang nasionalisme kosmopolitan semakin mendorongnya untuk maju menjadi orang nomor satu di kota yang terletak di selatan Jakarta itu.
Bima mengatakan, dalam konsep pemikiran tersebut Giddens berpendapat, rasa kebanggaan pada kota kelahiran harus sama besarnya denga rasa kebanggaan pada negara.
"Jadi, perubahan jangan ditunggu, tapi perubahan dijemput, didorong, dan dilakukan," ujarnya.
Acara Reformasi Hibrida Reformis Hijau diprakarsai oleh mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal. Selain Bima, hadir pula Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi, dan Wali Kota Makassar terpilih Muhammad Ramdhan Pamanto.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.